Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘suram’ memiliki arti sebagai berikut:
- suram: /su·ram/ a 1 kurang terang (tt cahaya); kurang kuat cahayanya. Contoh: bulan pun suram seakan-akan ikut bersedih; 2 redup, berawan, mendung (tt cuaca). Contoh: hari pun suram; 3 kusam atau kuyu (tt mata). Contoh: matanya sangat suram , seakan-akan sudah lepas nyawa dr tubuhnya; 4 muram tidak berseri-seri (tt muka). Contoh: suram saja mukanya sehari ini; 5 tidak bening (tt kaca, intan, dsb); tidak berkilauan (tt emas, perak, dsb); buram; 6 ki susah (tt kehidupan); tidak tentu (tt nasib, masa depan, dsb). Contoh: hidupnya semakin hari semakin suram; masa depannya suram; 7 ki tidak nyata dl ingatan atau pikiran. Contoh: ingatan kpd tunangannya makin lama makin suram;
- suram-suram: /su·ram-su·ram/ a bercahaya samar-samar agak gelap; sabur; sambur limbur;
- – gelap: suram-suram;
- menyuram: /me·nyu·ram/ v menjadi suram;
- menyuramkan: /me·nyu·ram·kan/ v menjadikan suram; memudarkan; memuramkan;
- kesuraman: /ke·su·ram·an/ n perihal suram; keadaan suram
Penjelasan Arti ‘Suram’ di Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kata “suram” sering digunakan untuk mengungkapkan suasana atau keadaan yang kurang cemerlang, tidak terang benderang, atau kurang menyenangkan, baik itu secara harfiah maupun kiasan.
Mari kita jelajahi berbagai konteks penggunaan kata “suram” ini.
Pertama, “suram” digunakan untuk menjelaskan cahaya yang tidak terlalu terang. Misalnya, ketika bulan tampak tidak begitu terang di langit malam karena tertutup awan, kita bisa bilang bulan itu “suram”.
Ini seperti cahaya yang redup dan tidak cukup kuat untuk menerangi sekitarnya secara jelas.
Kedua, “suram” juga dipakai dalam mendeskripsikan cuaca. Ketika langit penuh dengan awan tebal dan sinar matahari sulit menembus, kita mengatakan hari itu “suram”.
Cuaca seperti ini seringkali menimbulkan perasaan dingin dan kurang menyenangkan.
Ketiga, ketika mata seseorang tidak terlihat bercahaya atau tampak lesu, kita bisa menyebut matanya “suram”.
Hal ini bisa terjadi karena rasa lelah, sedih, atau sakit. Mata yang “suram” ini memberikan kesan bahwa orang tersebut tidak sedang berada dalam keadaan baik atau bahagia.
Keempat, untuk ungkapan wajah, “suram” bisa menggambarkan ekspresi seseorang yang murung dan tidak bergairah.
Wajah yang suram mencerminkan perasaan tidak gembira atau ketidakpuasan dengan situasi yang dihadapi.
Kelima, dalam kaitannya dengan benda seperti kaca atau permata, “suram” menandakan ketiadaan kilauan atau kebersihan.
Sebuah permata yang “suram” tidak seindah permata yang bersinar, mungkin karena kotor atau karena kualitasnya yang rendah.
Keenam, dalam kiasan, “suram” dipakai untuk menggambarkan situasi hidup atau nasib seseorang yang penuh kesulitan, ketidakpastian, atau tanpa harapan.
Jika masa depan seseorang dianggap “suram”, itu berarti masa depan tersebut terlihat tidak menjanjikan atau penuh dengan ketidakpastian.
Ketujuh, “suram” bisa berarti sesuatu yang kabur atau tidak jelas dalam ingatan atau pikiran.
Contohnya, jika kenangan tentang seseorang semakin lama semakin tidak terang dalam ingatan kita, kita bisa mengatakan kenangan itu telah “suram”.
Ada juga kata turunan dari “suram” seperti “suram-suram” yang menggambarkan cahaya yang samar-samar atau sedikit gelap.
Sedangkan “menyuramkan” berarti menjadikan sesuatu tampak lebih suram atau memudarkan.
Terakhir, “kesuraman” adalah kata benda yang merujuk pada keadaan atau suasana yang suram.
Ini bisa berarti suasana yang kelam, murung, atau penuh dengan kesedihan.
Secara keseluruhan, kata “suram” mengandung konotasi kegelapan, keteduhan, dan kurangnya keceriaan atau pesona, baik dalam konteks fisik maupun emosional.