6 Langkah Menjadi Expert dengan Deliberate Practice Beserta Contohnya

Merasa sudah belajar tapi tidak paham-paham dengan konsepnya, sudah latihan keras tapi tidak ada peningkatan kemampuan sama sekali.

Deliberate practice adalah solusinya.

Deliberate practice adalah metode latihan/belajar terus menerus dengan cara yang benar. Jadi, aktivitas latihan direncanakan secara khusus untuk meningkatkan performance dan mencapai tujuan spesifik tertentu.

Istilah ini mulai dikenalkan oleh Anders Ericsson, seorang peneliti dari Florida State University yang menghabisakan sebagian besar hidupnya untuk meneliti para expert, apa yang mereka lakukan untuk menjadi expert.

Di Indonesia sendiri, istilah deliberate practice cukup populer setelah sering digunakan oleh Zenius.

Kadang pengertian tentang deliberate practice dianggap sama aja dengan latihan biasa. Padahal beda banget.

Kesalahan umum yang terjadi tentang deliberate practice adalah jika ingin menguasai bidang tertentu kamu harus melakukannya secara terus-menerus, karena practice makes perfect. Padahal tidak begitu.

Deliberate practice berkata,

Practice not makes perfect, perfect practice that makes perfect.

Jadi untuk menjadi ahli, kamu tak bisa hanya sekadar melakukan pengulangan. Kamu juga perlu memperhatikan cara pengulangannya. Bukan hanya memperhatikan kuantitas latihan, melainkan juga kualitasnya.

 

Anders Ericsson dalam hasil penelitiannya, The Role of Deliberate Practice in the Acquisition of Expert Performance dan juga buku-bukunya mengenalkan elemen yang perlu ditempuh dalam melakukan deliberate practice.

• Motivasi
• Latihan yang terencana
• Feedback
• Pengulangan

Kamu harus melengkapi keempat elemen penting tersebut untuk mencapai hasil dari deliberate practice.

Ini tidak mudah, percayalah. Dengan membaca tulisan ini pun tak ada jaminan kalau kamu akan menjadi seorang expert. Kamu harus mempraktekkannya.

Ini langkah yang perlu kamu lakukan, beserta contoh nyatanya (bisa kamu sesuaikan seperti kebutuhanmu):

1. Siapkan Motivasi Kuat yang Kuat

Deliberate practice merupakan kegiatan jangka panjang dan harus dilakukan secara teratur. Maka dari itu kamu harus memiliki motivasi yang kuat.

Dengan motivasi yang kuat itulah kamu mampu bertahan untuk mencapai keahlian yang kamu inginkan.

Kamu harus menjalani latihan berkualitas dengan terus-menerus dan terus meningkat sesuai kemampuanmu. Ericsson bilang, perjalanan menjadi seorang ahli membutuhkan yang waktu lama, setidaknya 10.000 jam.

Tanpa motivasi yang kuat, pasti kamu akan berhenti di tengah jalan.

Motivasi di sini dapat berupa motivasi intrinsik dan juga motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi di dalam diri kamu, adapun motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar.

Contoh motivasi:

(Intrinsik) Kamu ingin menjadi ahli fisika melebihi Einstein, ingin mengagumi keindahan alam ciptaan Tuhan, dan membagikan ilmu fisika ke semua orang. Kamu ada rasa puas tersendiri dalam diri kamu tiap kali menguasai topik fisika.

(Ekstrinsik) Kamu memberi hadiah makan bakso ke diri kamu tiap kali selesai menguasai suatu topik fisika. Kamu dapat uang kalau bisa jadi expert.

Dari kedua motivasi ini, motivasi intinsik lah yang terbukti bisa bertahan lebih lama, karena didasarkan atas kepuasan yang kamu peroleh dari aktivitas itu sendiri.

Untuk menemukannya kamu hanya perlu menemukan aktivitas yang benar-benar kamu sukai, aktivitas yang akan dilakukan walau tidak di bayar bahkan malah harus merogoh kocek agar bisa ngelakuin hal itu. Melakukannya bukan karena terpaksa, tapi karena kamu ingin.

Namun bukan berarti motivasi ekstrinsik juga tidak penting, apalagi yang kamu lakukan berkaitan dengan profesi.

Para olahragawan dan pecatur kelas dunia sering ikut kompetisi internasional yang menawarkan hadiah uang. Mozart juga menjual keahliannya untuk menggelingi Eropa.

Tetapi walaupun mereka mendapatkan penghargaan dari luar, mereka menganggap hal tersebut sebagai hasil sampingan dari penghargaan utama yang mereka terima: kepuasan yang datang dari dalam.

Dalam hal ini, kamu harus belajar banyak hal dari Larry Bird, seorang legenda MBA.

Di puncak kejayaannya mungkin dia merupakan pemain paling hebat di MBA. Tetapi Lary tidaklah mendapatkannya dengan mudah. Meskipun dia mendapatkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik di MBA pada tahun 1980 dan pernah mendapatkan penghargaan Most Valuable Player (MPV) di liga MBA tiga kali berturut-turut, Lary tidak bisa meloncat lebih tinggi atau berlari leih cepat dibanding rata-rata pemain lainnya.

Untunglah dia tahu bagaimana pentingnya motivasi dan manfaat berlatih. Dia telah berlatih bola basket sejak usia empat tahun dan masih berlatih keras di masa-masa kejayaannya.

Bahkan saat liburan pun, Lary lebih memilih waktu untuk bermain bola basket karena itulah kecintaannya, bukan materi yang dihasilkannya.

2. Buat target latihan yang jelas, apa yang ingin kamu capai

Pada dasarnya latihan dalam deliberate practice didesain secara khusus untuk meningkatkan kemampuan kamu. Jadi kamu tidak bisa asal berlatih dan asal melakukan. Sebelum mulai berlatih, buat dulu target atau sasaran yang jelas terhadap apa yang ingin kamu kuasai, agar latihanmu menjadi latihan yang berkualitas.

Dengan adanya target yang jelas kamu akan lebih fokus dengan hal yang ingin kamu improve.

Misal target kamu pengen jadi pemain sepak bola, penulis atau menguasai pelajaran tertentu sepeti Fisika dan Matematika. Nah setelah kamu punya target yang jelas, segera rencanakan latihan dan kegiatan yang akan mendukung kamu untuk mencapai target tersebut.

3. Buat jadwal rutin

Hal penting dalam melakukan deliberate practice adalah adanya latihan yang berulang-ulang kali. Maka dari itu kamu butuh untuk membuat jadwal rutin.

Jadwal rutin ini akan lebih baik jika kamu lakukan di waktu yang sama tiap harinya. Tapi kalau tidak bisa, tak perlu waktu yang sama. Kamu hanya butuh menjadwalkan berapa lama waktu yang kamu investasikan untuk belajar itu.

Lebih jauh lagi, sesuai poin satu di atas, kamu harus buat target yang jelas apa yang akan kamu pelajari.

Jadwal rutin lebih baik daripada kamu berlatih di satu waktu secara marathon. Latihan secara marathon membuat tubuh dan pikiranmu lelah dan tidak bisa menangkap hasil belajar dengan baik.

Sementara itu, berlatih secara rutin lebih ringan dilakukan dan membuat pikiranmu lebih mudah menerima masukan.

Contohnya di musik. Ada aktivitas yang harus diulang berkali-kali, namanya fingering. Dimana jari dilatih agar terbiasa bermain di scale-scale tertentu. Jadi kalau mencet scale itu, jari kamu bisa memainkan alat musik itu sampai lincah. Semakin sering melakukan hal itu, maka kamu akan semakin jago.

Begitupun di bidang lain, jadwal rutin dan pengulangan yang berkelanjutan akan membuat kemampuan kamu semakin meningkat.

4. Konsentrasi

Ericsson menambahkan, bahwa aktivitas deliberate practice ini memang membutuhkan mental yang sangat tinggi. Butuh fokus dan butuh konsentrasi yang tinggi. Jadi kalau belajar kamu masih berasa santai-santai aja, berarti itu kurang.

Oleh karena itu, ketika kamu lagi belajar, lupakan semua masalah hidupmu, lupakan sosmed dan gadgetmu, fokus belajar dulu.

Jadi saat melakukan deliberate practice ini, tidak bisa di sambi-sambi sama yang lain-lain. Karena hal ini bisa ngebuat deliberate practice menjadi latihan biasa.

Ibaratnya saat kamu menyetir mobil, proses menginjak gas, memindahkan gigi persneling, menginjak kopling dan rem yang dilakukan sambil ngobrol dan mendengarkan radio. Semuanya dilakukan tanpa berfikir ataupun konsentrasi.

Sementara itu praktik yang berkualitas memerlukan konsentasi yang tingi, ini juga yang menyebabkan seseorang yang sudah megendarai mobil bertahun-tahun belum tentu bisa menjadi juara F1.

Psikolog S.W. Tyler juga mengembangkan penilitian terkait dari kekuatan latihan yang terkonsentrasi. Connor Diemand-Yauman dan temannya juga membuat perobaan yang serupa.

Dari studi yang dia lakukan perubahan sederhana seperti mempergunakan jenis font yang lebih sulit di baca sudah cukup menambah pemahaman siswa. Alasannya adalah font yang sulit ditambah kata yang dibalik membutuhkan konsentrasi yang tinggi.

Deliberate practice yang bener juga akan menguras banyak energi. Pernah ada studi neurosains juga tentang hal ini. Orang-orang yang berpikir keras otaknya akan mengkonsumsi banyak glukosa yang ada di darah kamu. Makanya kalau lagi belajar serius, kamu gampang merasa lapar. Ini karena glukosanya banyak dikonsumsi otak.

5. Cari Feedback

Ini komponen yang sangat penting.

Jadwal rutin, pengulangan, motivasi dan konsentrasi saja tidak akan membuat kamu menguasai bidang tertentu. Kamu harus membandingkan hasil capaianmu dengan standar yang ada.

Kamu harus menemukan kesalahan-kesalahan, lalu memperbaikinya. Dan disinilah pentingnya suatu umpan balik (feedback).

Ada beberapa cara untuk mendapatkan feedback:

  • Bandingkan sendiri kemampuanmu terhadap para ahli atau standard yang ada
  • Cari mentor (teman, guru, dll) yang akan memberimu feedback
  • Ikut kompetisi

Salah satu contoh terbaik dari melakukan deliberate practice dengan kekuatan umpan balik adalah Benjamin Fraklin.

Ketika dia ingin belajar menjadi penulis yang baik, dia belajar dari artikel-artikel yang diterbitkan Spectator, sebuah majalah terkenal dari inggris kala itu. Dia akan memilih dan membaca artikel yang disukainya.

Beberapa hari kemudian, dia mencoba menulis ulang artikel tersebut dengan kata-katanya sendiri. Lalu dia membandingkan dengan artikel aslinya untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuatnya. Melalui umpan balik itu, Benjamin Franklin menjelma menjadi salah satu penulis Amerika Serikat terbaik pada masanya.

6. Lakukan dengan baik

Tak ada seorang ahli renang professional yang menjadi ahli dengan hanya membaca buku tutorial renang. Begitu pula dengan langkah-langkah ini yang tidak ada artinya kalau kamu tak melakukannya dengan baik.

Demikian…

Deliberate Practice bukan sekedar mengulang-ulang. Ia membutuhkan komitmen, fokus, usaha, dan ketahanan mental yang kuat.

Jika kamu berhasil melalui semua tahapnya, kamu akan mendapatkan peningkatan performa dan menjadi expert di bidangmu.

Referensi

Buku:

  • It Pin Arifin. Ketika Mozart Kecil Memainkan Jemarinya, Bagaimana Mencetak Genius Bahagia. Jakarta: Gramedia

Web:

 

Artikel Terkait