Berdasarkan data statistik Global Web Index, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna internet terbanyak ketujuh di dunia yaitu sebanyak 58 juta orang, dengan tingkat pertumbuhan tertinggi kedua di dunia.
Hal ini menyiratkan bahwa orang Indonesia memang sedang gandrung-gandrungnya dengan internet. Tiada hari tanpa internet. Bahkan, kita akan lebih sengsara ketika fakir sinyal internet daripada fakir makanan ataupun kekayaan.
Adanya internet telah membawa era baru bagi pengetahuan manusia. Internet (atau secara khusus Google) bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan hanya dalam sekejap waktu. Maka tak heran jika daya pikir manusia saat ini telah meluas daripada sebelumnya.
Tapi jangan terlena….
Walaupun di zaman internet ini informasi tersedia secara melimpah, tetapi itu tidak serta-merta membuat kita menjadi lebih pintar…
…bahkan parahnya, bisa saja itu membuat kita menjadi lebih bodoh.
Multitasking
Pemandangan umum di zaman internet: orang keranjingan media sosial, mengirim dan menerima chat, mention Instagram, Twitter dan berkomentar panjang lebar di facebook. Berbagai aktivitas itu terkadang dilakukan secara simultan, sambil mengerjakan tugas sekolah—dan juga sambil mendengarkan musik.
Otak manusia berbeda dengan prosesor komputer. Otak manusia itu serial, bukan pararel…
…sementara keberadaan internet (dan seluruh peralatan penunjangnya) memaksa kita berpikir dan bertindak secara paralel—alias multitasking—melakukan seluruh aktivitas di atas.
Multitasking merupakan salah satu aktifitas yang bisa mengurangi kemampuan otak, baik dalam jangka waktu pendek ataupun jangka panjang.
Para peneliti dari Stanford University telah menguji secara mendalam mengenai hal ini, dan mendapati bahwa orang yang sering melakukan multitasking ternyata memiliki kinerja yang lebih buruk untuk aktivitas yang melibatkan konsentrasi pikiran. Pikiran mereka lebih gampang dialihkan, kurang mampu memberi perhatian dan kurang bisa membedakan informasi yang penting dengan yang tidak.
Pemikiran menjadi dangkal
Membaca dengan sekasama yang dulu terjadi secara alami, kini harus diusahakan dengan susah payah. Internet mengikis kemampuan kita untuk berkonsentrasi dan merenung…
…semakin sering menggunakan web (atau membaca teks digital), semakin sulit untuk tetap fokus pada lembaran tulisan panjang.
Berdasarkan laporan British Library pada tahun 2008, pembaca buku dan pembaca digital punya perilaku berbeda. Otak pun bekerja dengan cara berbeda antara membaca buku dan digital.
Pembaca digital cenderung tak menyortir, tak konsisten, tak kritis, melompat-lompat dan tak sabar. Rata-rata pembaca online hanya menghabiskan 4 menit untuk sebuah buku elektronik, setelah itu melompat ke buku elektronik lain atau tulisan lainnya.
60% pembaca buku elektronik hanya membaca 3 halaman, dan 65% tidak pernah membaca ulang halaman sebelumnya.
Maka bukan tidak mungkin, apa yang telah dibaca hanya akan menguap begitu saja tanpa dibarengi pemikiran dan perenungan untuk memahaminya. Pola pikir dan perilaku orang menjadi dangkal karenanya.
Sedikit-sedikit cari di internet, malas berfikir
Adanya internet membuat orang semakin malas untuk berpikir. Ketika seseorang menghadapi kesulitan, mereka cenderung langsung menggunakan internet untuk googling dan mencari penyelesaian masalah tersebut (pertanyaan, kasus, dan lain-lain).
Kecenderungan yang terjadi, informasi akan diterima tanpa menganalisis atau memikirkannya terlebih dahulu. Padahal merespon sebuah ketidaktahuan dengan langsung menuju internet tanpa berusaha berpikir merupakan awal dari kemunduran otak.
Merasa banyak tahu
Menurut Gehl dan Douglas, internet telah membuat penggunanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena akses dan kesetaraan informasi.
Begitu pula menurut Aboujaoude, doktor ilmu kejiwaan klinis Standford University, dengan menggunakan internet kita yakin bahwa kita lebih terpelajar, lebih dewasa atau lebih pintar dibanding kita yang sebenarnya. Dengan ketersediaan akses yang sangat luas, pengguna internet merasa level pengetahuan mereka setara dengan si penulis internet—padahal tidak.
Asumsi berlebih terhadap kemampuan diri ini dapat menghambat kemajuan yang akan tercapai ketika kita tahu kondisi yang sebenarnya.
***
Untuk memaksimalkan fungsi internet dan tidak terbodohkan karenanya, beberapa hal berikut ini bisa kamu lakukan:
– Hindari multitasking
Otak manusia bekerja secara serial, bukan paralel. Maka begitulah baiknya kita beraktifitas. Kerjakan satu-satu: selesaikan satu, lalu beralih ke yang lainnya. Bukan multitasking, mengerjakannya bersama-sama (tapi hanya setengah-setengah).
– Baca dengan perlahan
Pikiran manusia cenderung pasif dan tidak sabaran saat membaca teks digital (terlebih lagi ketika online).
Maka, kerahkan konsentrasi ekstra untuk membaca perlahan teks digital, supaya tidak melompat-lompat dan anda bisa memahami lebih banyak.
– Berfikir sebelum bertanya ke internet
– Jangan sok tau
***
Internet membuat kita dapat mengakses informasi berlimpah tanpa ada batas, memberi kesempatan untuk mempelajari dan mencari apapun. Namun tanpa penggunaan dan pemilahan yang tepat, semua itu menjadi sia-sia dan dapat menjerumuskan kita pada kedangkalan berpikir.
Sumber:
http://www.telegraph.co.uk/technology/internet/7967894/How-the-Internet-is-making-us-stupid.html
http://www.kompasiana.com/hilmanfajrian/internet-membuat-makin-bodoh_559dee25b793733f048b4567
http://www.zenius.net/blog/139/pentingnya-science-dalam-pendidikan
http://www.globalwebindex.net/blog/internet-turns-25
http://www.bl.uk
http://news.stanford.edu/2009/08/24/multitask-research-study-082409
http://indratoshare.web.id/2015/07/internet-membuat-makin-bodoh
http://www.computesta.com/blog/2012/04/internet-membuat-kita-lebih-pintar-atau-lebih-bodoh