Operasi Gurita : Operasi yang Dibuat Jepang untuk Menaklukan Pulau Jawa dan Nusantara

Ilustrasi oleh dribbble.com

Operasi Gurita adalah strategi perang yang dicetuskan oleh Laksamana Takeo Kurita. Operasi penyerangan Jepang ini dilakukan untuk membombardir pulau Jawa setelah berhasil menyerang Pearl Harbour, pangkalan laut Amerika Serikat.

Tujuan Jepang melakukan ekspansi ke Indonesia dengan ingin menguasai kekayaan sumber daya alam Indonesia diantaranya adalah minyak dan hasil karet.

Jepang melakukan pendaratan di Indonesia sekitar bulan Januari 1942 dengan dipimpin oleh Laksamana Takeo Kurita

Latar Belakang Operasi Gurita

Pada awal Perang Dunia II, Jepang memiliki ambisi besar untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke Asia Tenggara, termasuk Nusantara yang saat itu masih di bawah kekuasaan kolonial Belanda.

Jepang melihat wilayah ini kaya akan sumber daya alam seperti minyak, karet, dan berbagai mineral yang penting untuk perang. Selain itu, kehadiran Sekutu, khususnya Amerika Serikat dan Inggris, di Asia Tenggara dianggap sebagai ancaman bagi Jepang.

Persiapan Operasi Gurita

Operasi Gurita dirancang dengan cermat oleh Jepang. Persiapan meliputi pengumpulan intelijen, perencanaan logistik, dan koordinasi antara angkatan laut, darat, dan udara. Jepang menggunakan kelemahan dan kekurangan yang dimiliki oleh Belanda dan Sekutu, termasuk kurangnya persiapan pertahanan dan koordinasi yang buruk.

Serangan dimulai dengan pendaratan pasukan di beberapa titik strategis di Nusantara, termasuk Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra. Kepulauan lainnya juga tidak luput dari serangan. Puncak dari Operasi Gurita adalah penyerangan ke Pulau Jawa, yang merupakan pusat pemerintahan dan militer Belanda di Nusantara.

Bentuk Operasi Gurita

Operasi Gurita yang dilancarkan Jepang dibagi menjadi dua yaitu Gurita Barat (Western Octopus) berawal dari Laut Cina Selatan terus melalui Kalimantan bagian Utara kemudian ke Jawa sedangkan Gurita timur (Eastern Octopus) dimulai dari Filipina terus melalui selat Makassar kemudian ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sejarah Operasi Penyerangan Jepang terhadap Belanda

Penyerangan Strategi Gurita barat tak mengalami hambatan berarti. Mereka mendarat di pulau Eraten (Indramayu), lalu menguasai Serang (Banten) pada 1 Maret.

Adapun gurita timur masih harus berjibaku dalam pertempuran laut dekat Balikpapan, juga di Laut Jawa, tepatnya di perairan antara Bawean, Tuban, dan Laut Rembang. Pertempuran Laut Jawa berlangsung selama 7 jam pada tanggal 27 Februari.

Gurita barat menjadikan Bandung sebagai target utama. Dari Eraten, detasemen beranggotakan 5.000 serdadu di bawah komando Kolonel Toshinori Shoji terus bergerak menuju lapangan terbang Kalijati, Subang, yang hanya berjarak 40 km dari Bandung.

Dalam sebuah pertempuran singkat, lapangan terbang Kalijati berhasil direbut Jepang. Selama tiga hari berturut-turut, tanggal 2 s.d 4 Maret, tentara Belanda mencoba merebut kembali lapangan Kalijati namun selalu gagal dan menelan banyak korban.

Tanggal 5 Maret, Batavia (Jakarta) diumumkan sebagai “Kota Terbuka”, yang berarti bahwa kota itu tidak akan dipertahankan oleh pasukan Belanda. Dari Batavia, tentara Jepang bergerak ke selatan dan menguasai Buitenzorg (Bogor).

Di hari yang sama, Jepang bergerak dari Kalijati menuju Bandung. Mula-mula markas pertahanan di Ciater mereka gempur. Dari Ciater, pasukan Belanda mundur ke Lembang sebagai pertahanan terakhir. Namun apa daya, Lembang akhirnya direbut pula oleh Jepang pada 7 Maret petang.

Operasi kilat detasemen Shoji membuat krisis kekuatan militer Belanda, dan itu berarti sebuah sinyal akan direbutnya Bandung dengan mudah. Pada 6 Desember, keluar perintah dari Letjen Ter Pooten dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh agar pasukan Belanda tidak mengadakan pertempuran di Bandung, untuk menghindari korban dari penduduk sipil.

Pada 7 Maret, Belanda mencoba mengulur-ulur waktu. Ajakan untuk berunding yang ditawarkan oleh pihak Jepang coba ditolak oleh pihak Belanda.

Akibatnya, Jepang memberikan ultimatum keras, bahwa bila pada pagi hari 8 Maret 1942 pukul 10:00 para petinggi Belanda belum berada di Kalijati untuk berunding, maka Bandung akan dibombardir sampai hancur. Sejumlah pesawat bomber disiagakan oleh pihak Jepang di Pangkalan Udara Kalijati.

Jepang menuntut yang menghadiri perundingan adalah panglima tentara Belanda, Letjen Ter Pooten, atau Gubernur Jenderal Van Starkenborgh sebagai pimpinan tertinggi di Hindia Belanda. Mereka juga menuntut agar wilayah yang diserahkan mencakup seluruh wilayah Hindia Belanda, tidak hanya pulau Jawa.

Pertemuan berlangsung di rumah dinas seorang perwira staf Sekolah Penerbang Hindia Belanda yang kini menjadi Museum Rumah Sejarah, Komplek Garuda E-25 Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang. Letnan Jenderal Hitoshi Imamura datang dari Batavia menghadiri perundingan tersebut.

Serangan beruntun yang dipimpin Laksamana Takeo Kurita tersebut berjalan sukses dan ditandai dengan menyerahnya Belanda atas Jepang sekitar Maret 1942. Kolega-kolega Belanda memadati daerah kalijati. Belanda yang saat itu menguasai Indonesia semakin tersudut sehingga terpaksa menandatangani Perjanjian Kalijati.

Dampak Operasi Gurita

Penaklukan Jepang atas Pulau Jawa dan Nusantara memiliki dampak yang signifikan. Jepang mengambil alih kendali sumber daya alam dan industri, serta memulai kebijakan-kebijakan yang mendukung upaya perang mereka.

Pendudukan Jepang juga membawa perubahan sosial dan politik, termasuk mendorong gerakan nasionalisme di kalangan penduduk setempat yang akhirnya berkontribusi pada kemerdekaan Indonesia.

Referensi : rumusrumus.com

Artikel Terkait