Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘fanatik’ memiliki arti sebagai berikut:
- fanatik: /fa·na·tik/ a teramat kuat kepercayaan (keyakinan) thd ajaran (politik, agama, dsb). Contoh: tokoh partai itu berada di tengah-tengah pengikutnya yg fanatik;
- memfanatiki: /mem·fa·na·tiki/ v meyakini (ajaran, kepercayaan, dsb) dng teramat kuat. Contoh: segelintir orang cenderung mendukung, membela, dan memfanatiki ajaran sesat yg dibawa oleh pendatang baru itu;
- kefanatikan: /ke·fa·na·tik·an/ n perihal fanatik
Penjelasan Arti ‘Fanatik’ di Kamus Besar Bahasa Indonesia
Fanatik adalah saat seseorang sangat-sangat percaya atau yakin pada suatu ajaran, bisa itu soal politik, agama, atau apapun itu. Orang yang fanatik ini biasanya tidak ragu-ragu lagi tentang apa yang mereka percayai.
Mereka juga sering kali tidak mau mendengar pendapat atau pandangan orang lain yang berbeda dari apa yang sudah mereka yakinin.
Contohnya, di dunia politik, ada orang-orang yang mendukung partainya dengan sangat kuat.
Mereka bisa melakukan apa saja untuk menunjukkan dukungan mereka, dan terkadang mereka berada di tengah kerumunan, menunjukkan semangat mereka yang luar biasa terhadap partai dan pemimpin yang mereka idolakan.
Kata “memfanatiki” digunakan untuk menggambarkan tindakan seseorang ketika dia benar-benar yakin dan memegang teguh ajaran atau kepercayaan tertentu.
Ini seperti ketika ada temanmu yang sangat-sangat yakin dengan sesuatu sampai dia selalu ngomongin itu terus-terusan dan membela habis-habisan, bahkan mungkin bisa nggak terima kalau ada yang tidak setuju dengan dia.
Sedangkan “kefanatikan” adalah kata benda yang menjelaskan tentang bagaimana sifat fanatik itu sendiri.
Misalnya, kita sering dengar tentang kefanatikan fans sepak bola yang terkadang sampai berkelahi gara-gara mendukung tim yang berbeda. Kefanatikan ini sering kali membuat orang bisa nggak menghargai pandangan yang lain karena mereka merasa apa yang mereka percayai itu yang paling bener.
Jadi, fanatik ini bukan cuma soal percaya, tapi percaya sampai tidak mau menerima pendapat lain.
Hal ini bisa baik kalau seseorang fanatik untuk hal-hal yang positif bisa memajukan dirinya atau orang lain, tapi bisa juga berakibat buruk kalau fanatisme itu mendorong kebencian atau ketidakharmonisan.