Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘pelir’ memiliki arti sebagai berikut:
- pelir: /pe·lir/ n kemaluan laki-laki; zakar;
- pelir anjing: tanaman semak, Chailettia griffithiia;
- pelir itik: sekrup;
- pelir kambing: tumbuhan memanjat, ramping, tangkainya berwarna cokelat, tumbuh di rawa-rawa dekat laut atau di tepi sungai, hidupnya bergantung pd pasang surut air, kulit buahnya dapat dimanfaatkan sbg manisan; Sarcolobus globosus;
- pelir musang: tumbuhan, Fragroea auriculata;
- pelir tikus: tanaman pohon, Drypetes
Penjelasan Arti ‘Pelir’ di Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kata “pelir” dalam bahasa Indonesia merujuk pada kemaluan laki-laki atau zakar. Ini adalah istilah yang mengacu pada organ seksual eksternal pria yang memiliki fungsi utama untuk proses berkemih dan reproduksi.
Namun, di luar penggunaan dalam konteks biologis atau medis, istilah “pelir” juga digunakan dalam nama-nama beberapa jenis tumbuhan, namun tentunya dengan arti yang sangat berbeda.
Misalnya, “pelir anjing” bukanlah mengacu pada bagian tubuh anjing, melainkan jenis tanaman semak yang bernama ilmiah “Chailettia griffithii”.
Begitu juga dengan “pelir itik”, yang bisa menimbulkan kebingungan karena secara harfiah bisa diartikan sebagai kemaluan itik, namun sebenarnya adalah sebutan untuk sekrup.
Sementara itu, “pelir kambing” mengacu pada jenis tumbuhan yang memanjat dan ramping dengan nama ilmiah “Sarcolobus globosus”, yang biasa tumbuh di daerah rawa dekat laut atau tepi sungai.
Kulit buah dari tumbuhan ini bisa dimanfaatkan sebagai manisan.
Ada pula istilah “pelir musang” yang sejatinya menunjuk pada sejenis tumbuhan dengan nama ilmiah “Fragroea auriculata”.
Dan terakhir, “pelir tikus” merujuk pada jenis tanaman pohon yang namanya ilmiah adalah “Drypetes”.
Penggunaan kata “pelir” dalam konteks tumbuhan mungkin terdengar tidak biasa, tapi ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya bahasa, dimana satu kata bisa memiliki beberapa arti tergantung pada konteks penggunaannya.
Di sini, sangat penting untuk memahami bahwa meskipun sebuah kata bisa memiliki arti ganda atau lebih, kesalahpahaman dapat dihindari dengan memperhatikan konteks pembicaraan atau penulisan.