Ringkasan

  • Lebah raksasa Wallace (Megachile pluto) merupakan lebah raksasa yang kembali ditemukan tim konservasi dan ilmuwan internasional di Kepulauan Maluku Utara
  • Baik ukuran dan stuktur tubuh lebah ini memiliki beberapa perbedaan dengan lebah pada umumnya
  • Hasil penemuan ini dapat menjadi awal langkah konservasi, penelitian dan pengembangan mengenai lebah Wallace, lebih lanjut penemuan ini memberikan informasi untuk melindunginya dari kepunahan

 

Lebah merupakan jenis serangga yang masuk dalam suku Apidae dengan ordo Hymenoptera atau hewan bersayap selaput. Lebah dapat dijumpai hampir diseluruh belahan dunia, kecuali di benua Antartika.

Dari hasil penelitian baru-baru ini terdapat spesies lebah terbesar di dunia yang kembali di temukan di lagi di Indonesia setelah kurang lebih selama 38 tahun menghilang.

 

Lebah Raksasa Wallace

Lebah yang memiliki nama ilmiah Megachile pluto atau dikenal sebagai lebah raksasa Wallace, merupakan lebah raksasa yang ditemukan oleh sekelompok tim konservasi dan ilmuwan internasional di Kepulauan Maluku Utara pada Januari 2019 lalu.

Panjang lebah ini sebesar ibu jari orang dewasa atau berukuran sekitar 3,5 sentimeter dan lebar sayap 6,4 sentimeter. Rahangnya seperti kumbang rusa.

Ukuran tubuhnya empat kali lebih besar dari lebah madu dan berwarna gelap yang membuat keberadaannya tidak terlalu mencolok.

Perbandingan lebah reguler (atas) dengan lebah raksasa Wallace (Megachile pluto). | Clay Bolt / University of Sydney

Foto lebah langka tersebut pertama kalinya diambil oleh seorang fotografer, Clay Bolt, di sebuah sarang rayap di pohon.

Menurut pengamatan Clay dan tim peneliti, secara fisik lebah ini memiliki ukuran tubuh yang tak hanya lebih besar dari lebah biasa, namun juga memiliki mandibula atau rahang bawah seperti yang dimiliki kumbang rusa yang digunakan untuk mengikis resin pohon.

Related image

Stuktur kepala dari lebah.| www.123rf.com

Selain itu, lebah raksasa Wallace juga memiliki mulut dan labrum yang besar.

Labrum adalah sabuk tulang rawan berbentuk melingkar yang melingkupi bola dan soket sendi seperti pinggul dan bahu.

Fungsinya adalah untuk meningkatkan kongruensi dan stabilitas sendi.

Labrum serta mandibula ini digunakan untuk menggulung resin menjadi bola besar yang kemudian dibawanya ke sarang.

 

Upaya Penemuan Kembali

Lebah Wallance bukan  merupakan tipe yang suka menampakkan diri di depan manusia.

Spesies lebah ini ditemukan pertama kali oleh Alfred Russel Wallace pada 1859 dan dinyatakan sebagai spesies baru dengan nama Megachile pluto oleh seorang ahli serangga Frederick Smith pada 1860 dan di umumkan setahun kemudian.

Penemuan selanjutnya dari lebah Wallace kemudian baru terlihat lagi pada 1981 di Indonesia oleh ahli entomologi, Adam Messer.

Kemudian melalui program Global Wildlife Conservation’s Search for Lost Species-Program yang mendanai ekspedisi untuk menemukan spesies yang hilang- Bolt berhasil menemukan kembali lebah ini di Maluku Utara.

Gambar pertama lebah Wallance di atas sarang rayap di pohon.| Clay Bolt / University of Sydney

 

Dampak Bagi Populasinya

“Di tengah kepunahan serangga global, sungguh mengagumkan melihat lebah ikonik ini bisa bertahan”

-Simon Robson, anggota tim dan profesor di Universitas Sydney

Melalui penemuan yang menggembirakan ini besar sekali harapan bahwa hutan di kawasan tersebut dapat menjadi tempat tinggal bagi spesies yang langka.

Selain itu, hasil pencapaian ini juga menjadi langkah awal untuk melakukan eksplorasi yang lebih jauh untuk mencari spesies-spesies lain di Dunia.

Mendorong penelitian yang lebih lanjut mengenai keunikan dan juga informasi dari lebah Wallance itu sendiri untuk melindunginya dari kepunahan.

Namun, perlu disadari juga penemuan mengagumkan ini juga dapat memicu para pedagang gelap dan kolektor lebah yang dapat membahayakan keberadaan lebah ini.

 

Referensi