Bisa jadi manusia akan musnah jika serangga punah

Ringkasan

  • Serangga memiliki 3 bagian tubuh, yaitu kepala, dada, dan perut. Diantaranya kumbang, lebah, semut, dan banyak lainnya, bukan laba-laba atau lipan.
  • Ada 5,5 juta spesies serangga. Namun, 40% populasi serangga di Bumi terancam punah dalam beberapa dekade kedepan.
  • Penyebabnya belum jelas. Bisa jadi akibat alih fungsi lahan, pertanian intensif, pestisida, kemunculan bakteri patogen, hingga perubahan iklim.
  • Serangga berperan sangat penting dalam rantai makanan dan menjaga keseimbangan ekosistem.
  • Kepunahan serangga dapat menjadi awal dari kepunahan berantai makhluk-makhluk lainnya, termasuk manusia.

 

Mungkin kamu sering merasa terganggu dengan kehadiran serangga di sekitarmu.

Bisa saja nyamuk yang mendengung dan menggigitmu, rayap yang merusak perabotan rumah, semut yang suka bergerombol dimana-mana, atau serangga lain yang kamu ingin segera buang jauh-jauh.

Namun nyatanya, kehadiran serangga di dunia kita sangatlah penting. Dunia tanpa serangga bisa saja dunia tanpa kita, tanpa manusia, tanpa kehidupan.

Kabar buruknya, serangga-serangga di seluruh dunia kini menghadapi masalah besar, populasi mereka terus menurun dan terancam punah dalam beberapa dekade kedepan.

 

Apa itu serangga?

Serangga atau insecta merupakan hewan invertebrata yang memiliki tiga bagian tubuh yakni kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen).

Serangga juga memiliki antenna, 3 pasang kaki, dan kadang ada yang punya sayap.

Anatomi Serangga atau Insecta

Kelabang dan laba-laba bukan termasuk kelas Insecta.

Laba-laba hanya memiliki dua bagian tubuh, yaitu kepala dan perut serta empat pasang kaki.

Sementara kelabang mempunyai lebih dari tiga pasang kaki, bahkan ada yang bisa memiliki hingga 177 pasang kaki. Mereka berdua tidak termasuk kelas Insecta (serangga).

Begitu banyak serangga di Bumi. Ada setidaknya 5,5 juta spesies serangga berbeda. Serangga berjumlah 70% dari seluruh spesies binatang.

Bandingkan angka itu dengan jenis binatang lain seperti jenis artoproda yaitu laba-laba, tungau, dan lainnya, mungkin ada sekitar 7 juta spesies.

Ditemukan bahwa serangga begitu banyak walaupun ukuran mereka kecil, keseluruhan, berat mereka melebihi berat vertebrata.

E.O. Wilson, ahli ekologi dari Harvard memperkirakan bahwa setiap satu hektare hutan hujan Amazon ditinggali hanya belasan burung dan mamalia, namun lebih dari 1 milyar invertebrata, yang kebanyakan adalah artropoda.

Lahan satu hektar dapat mengandung 200 kg sel kering hewan, 93%-nya terdiri dari tubuh intervebrata.

Dan sepertiganya merupakan semut dan rayap.

 

Serangga terancam punah dalam waktu dekat

Meskipun jumlahnya sangat melimpah di kingdom animalia, penelitian baru-baru ini memperingatkan adanya ancaman kepunahan serangga.

Penelitian baru-baru ini melaporkan adanya penurunan populasi serangga dengan laju cukup tinggi.

40% populasi serangga di seluruh dunia dapat punah dalam beberapa dekade kedepan.

Jumlah yang dapat menyebabkan runtuhnya ekosistem di planet ini dan berdampak kehancuran bagi kehidupan di Bumi.

Reaksi berantai dari punahnya serangga dapat menjadi malapetaka besar bagi kehidupan di planet ini.

Laporan penurunan populasi serangga bukanlah hal baru, ilmuwan telah memperingatkan fenomena ini dan dampaknya sejak bertahun-tahun lalu.

Populasi serangga penerbang di Cagar alam Jerman merosot lebih dari 75% selama 27 tahun, yang berarti bahwa kematian serangga terjadi bahkan diluar wilayah aktivitas manusia.

Ini bukanlah daerah pertanian, ini adalah lokasi yang dimaksudkan untuk melindungi keragaman hayati, tapi kita masih dapat melihat kematian serangga.

 

Penyebab merosotnya populasi serangga

Yang lebih mengkhawatirkan adalah kita tidak tahu persis mengapa populasi serangga merosot begitu tajam.

Pertanian intensif dan pestisida tampaknya menjadi penyebab besarnya.

Namun, jelasnya begitu banyak penyebab kompleks lainnya.

Termasuk hilangnya habitat dan alih lahan menjadi perkebunan dan urbanisasi, polusi dari pestisida dan pupuk, maupun dari faktor biologis seperti munculnya spesies patogen dan baru, dan perubahan iklim.

 

Makhluk kecil yang menjalankan dunia

Serangga atau insekta telah menjadi struktur dan fungsi dasar bagi banyak ekosistem dunia sejak kemunculannya sekitar 400 juta tahun yang lalu.

Setiap makhluk kecil ini berbagi peran dalam skema alam, yaitu dimakan atau memakan.

Serangga adalah komponen kunci dalam rantai makanan. Serangga herbivora, yang jumlahnya mayoritas, memakan tumbuhan, menggunakan energi kimia dari tumbuhan untuk mensistesis jaringan dan organ hewan.

Ulat dan belalang mengunyah dedaunan, kumbang menghisap cairan tumbuhan, lebah mencuri serbuk sari dan meminum nektar, sementara lalat memakan buah.

Bahkan pohon besarpun dimakan oleh larva serangga.

Serangga herbivora pada akhirnya dimakan oleh serangga lain. Tumbuhan yang mati akhirnya terkoyak oleh jamur dan bakteri, dengan serangga yang khusus memakan tumbuhan mati.

Semakin naik tingkat rantai makanan, setiap binatang menjadi semakin mudah menentukan jenis makanan apa yang akan mereka makan.

Sementara tipikal serangga herbivora mungkin hanya memakan satu spesies tanaman, hewan pemakan serangga (kebanyakan artropoda, tapi juga burung dan mamalia) tidak banyak peduli tentang jenis serangga apa yang dia makan.

Inilah mengapa ada begitu banyak jenis serangga daripada jenis burung atau mamalia.

Karena hanya sebagian kecil materi dari organisme yang ditransfer ke tubuh predatornya, setiap naik tingkatan rantai makanan, semakin mengandung sedikit materi organik.

Meskipun efisiensi makanan pada hewan tingkat atas semakin baik, hewan di puncak rantai makanan hanya memiliki bagian kecil dari total biomassa.

Inilah mengapa hewan berukuran besar cukup langka.

 

Apa jadinya dunia tanpa serangga?

Ekosistem haruslah berada pada keseimbangan. Lapisan bawah ekosistem jika kita tidak memperhatikannya, seluruh hidup kita dapat berdampak buruk.

Spesies yang bergantung pada serangga sebagai sumber makanannya dan predator diatasnya dalam rantai makanan yang memakan spesies ini tampaknya menderita dari kemorosotan populasi serangga.

Jika kita tidak punya serangga sebagai pengontrol dari populasi serangga hama lain, kita punya populasi serangga yang meledak dan merusak pertanian dan membuatnya tanaman sulit untuk tumbuh.

Penyerbukan baik tanaman pertanian dan liar juga terkena dampaknya, bersama dengan siklus nutrien pada tanah.

Begitupun, hilangnya keragaman spesies dapat berakibat pada bahaya kepunahan massal.

Serangga sangat penting dalam ekologi, dan jika mereka menghilang, berakibat besar pada sulitnya pertanian dan kehidupan liar.

Penurunan populasi serangga berdampak pada Hutan tropis, yang mana telah terjadi penurunan jumlah hewan pemakan serangga seperti kadal, katak, dan burung.

80% tumbuhan liar menggunakan serangga untuk penyerbukan, sedangkan 60% burung bergantung pada serangga sebagai sumber makanan.

Burung yang kehabisan makanan serangga berubah menjadi saling memakan burung lain.

 

Lalu apa yang perlu kita lakukan?

Karena serangga menempati spesies paling banyak di dunia dan paling beragam dan berperan penting pada ekosistem, peristiwa seperti ini tidak dapat diabaikan dan perlu keputusan dan aksi cepat untuk mencegah bahaya besar dari runtuhnya ekosistem alam.

Metode pertanian dengan pestisida harus diganti dengan cara yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Kesimpulannya jelas, kecuali kita dapat mengubah cara kita memproduksi makanan, seluruh serangga dapat selamat dari jalan kepunahan beberapa dekade di masa depan.

Kita sebagai manusia harus lebih peduli terhadap hubungan kita dengan makhluk kecil yang menjalankan dunia ini. Kita butuh serangga, tapi mereka tidak membutuhkan kita.

 


Referensi:

  • uky.edu/Ag/Entomology/ythfacts/4h/unit1/intro.htm
  • inverse.com/article/53413-what-will-happen-if-all-the-insects-suddenly-disappear
  • edition.cnn.com/2019/02/11/health/insect-decline-study-intl
  • sciencedirect.com/science/article/pii/S0006320718313636

Artikel Terkait