Proses pembekuan darah merupakan proses di mana darah membentuk gumpalan (bekuan darah) untuk menutup dan memulihkan luka, serta menghentikan pendarahan. Hal ini akan terjadi saat kita mengalami luka atau cidera.
Proses pembekuan darah atau disebut koagulasi ini termasuk mekanisme yang sangat penting bagi tubuh, untuk mencegah terjadinya kehilangan darah dalam jumlah yang banyak akibat luka.
Akan tetapi, kondisi ini bisa juga dapat buruk bagi kesehatan, tergantung kondisi setiap orang. Seperti halnya terjadi kelainan dalam proses pembekuan darah. Akibatnya dapat mengakibatkan komplikasi berbahaya, seperti kekurangan darah. Untuk lebih jelasnya, mari kenali proses pembekuan darah berikut.
Pentingnya Pembekuan Darah
Pembekuan darah atau koagulasi berperan penting dalam perbaikan pembuluh darah yang terluka sehingga tidak terjadi perdarahan kembali.
Ketika terjadi perdarahan, tubuh secara otomatis akan memberikan sinyal ke otak untuk melakukan proses pembekuan darah. Dalam hal ini, bagian tubuh yang sangat diandalkan adalah faktor koagulasi, yaitu protein dalam plasma darah yang diproduksi oleh hati dengan memanfaatkan vitamin K dari makanan dan diproduksi oleh bakteri baik di usus.
Proses pembekuan darah salah satu bagian penting dari mekanisme hemostasis, yaitu upaya tubuh mencegah terjadinya pendarahan dari pembuluh darah yang terluka.
Dalam proses ini, tubuh otomatis dapat mengendalikan dan membatasi munculnya proses pembekuan darah agar tidak terjadi gumpalan darah.
Ketika ada gangguan pada mekanisme koagulasi ini, dampaknya berakibat komplikasi yang dapat membahayakan nyawa. Jika darah tidak dapat membeku, beresiko pendarahan yang parah bahkan berakibat kondisi drop.
Disisi lain, jika pembekuan darah berlebihan juga dapat mengakibatkan gumpalan darah. Gumpalan ini beriko dapat menyumbat pembuluh darah bahkan mengakibatkan stroke atau serangan jantung.
Mekanisme Pembekuan Darah Pada Tubuh
Berikut proses hemostasis dan pembekuan darah pada bagian tubuh yang terluka.
1. Pembuluh darah menyempit
Ketika tubuh terluka dan mengeluarkan darah, artinya telah terjadi kerusakan pembuluh darah.
Nah, saat itu juga pembuluh darah akan mengejang, sehingga terjadi vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah.
Pembuluh darah yang mengkerut inilah dapat mengurangi aliran darah pada bagian yang terluka.
2. Sumbatan platelet
Platelet ini akan aktif secara otomatis sebagai respons saat mengalami luka. Platelet akan mengeluarkan sejenis sinyal kimia yang dapat menarik sel-sel tubuh ke bagian yang terluka.
Platelet dan sel tubuh akan menggumpal, sehingga membentuk sumbatan pada luka.
Proses ini membutuhkan peran dari protein bernama faktor von Willebrand, yang membuat platelet dapat saling menempel dan membentuk gumpalan.
3. Terbentuk helai fibrin
Kerusakan pada pembuluh darah dapat mengaktifkan faktor koagulasi di dalam darah.
Protein-protein faktor koagulasi akan mendorong produksi fibrin, yaitu helai-helai protein yang sangat kuat dan saling terjalin untuk menutup area yang terluka.
4. Proses pembekuan darah berhenti
Agar pembekuan darah tidak terjadi secara berlebihan, faktor-faktor koagulasi tadi akan berhenti bekerja dan trombosit diambil kembali oleh darah.
Setelah luka berangsur-angsur membaik, benang fibrin yang sebelumnya terbentuk pun akan hancur, sehingga tidak ada lagi sumbatan pada luka.
Jenis-Jenis Kelainan Pembekuan Darah
Jika pembekuan darah mengalami kelainan, maka dapat terjadi perdarahan berlebih atau sebaliknya terjadi pembekuan darah terlalu banyak sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah. Kondisi ini disebut darah kental.
Pada penderita kelainan pembekuan darah, hal ini disebabkan faktor koagulasi atau keping darah tidak mampu menjalankan perannya. Kondisi ini dapat berdampak saat terjadinya perdarahan yang parah jika terjadi luka, atau perdarahan spontan pada otot, sendi, dan bagian tubuh lainnya.
Sebagian besar, kelainan pembekuan darah terjadi karena faktor keturunan. Sehingga orang yang menderita kelainan ini dapat mewariskan terhadap keturunannya. Ada juga kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti penyakit liver.
Beberapa jenis kelainan proses pembekuan darah yang paling banyak terjadi sebagai berikut:
- Penyakit von Willebrand.
Kelainan pembekuan darah ini merupakan kondisi yang paling banyak terjadi.
Penderita mendapatkan warisan darah yang kekurangan faktor von Willebrand, di mana faktor ini berperan penting dalam membetuk sumbatan keping darah.
- Hemofilia.
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah pada penderita hemofilia disebabkan oleh rendahnya jumlah faktor koagulasi dalam darah.
Karena proses pembekuan darah tidak berjalan normal, sedikit benturan saja bisa menyebabkan perdarahan yang banyak, misalnya pada sendi-sendi tubuh.
- Defisiensi faktor koagulasi II, V, VII, X atau XII.
Tergantung dari faktor koagulasi mana yang kadarnya rendah, penderita akan mengalami masalah dengan pembekuan darah atau memiliki gangguan perdarahan yang abnormal.
Gejala Umum Kelainan Pembekuan Darah
Tiap jenis kelainan pada proses pembekuan darah memiliki gejala yang spesifik. Berikut gejala-gejala yang biasanya timbul ketika adanya kelainan:
- Sering timbul memar di kulit yang tak jelas penyebabnya.
- Sering mimisan.
- Perdarahan yang terlalu banyak saat terjadi luka kecil.
- Perdarahan pada sendi-sendi tubuh.
- Pada pengidap perempuan, akan terjadi menstruasi dengan volume darah yang sangat banyak.
Jika kalian mengalami salah satu dari gejala-gejala tersebut, sebaiknya pastikan dan konsultasi segera dengan tim medis.
Karena dengan diagnosis dan penanganan yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dari kelainan pembekuan darah.