Cerita dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian aneh di jaman dahulu dan berfungsi sebagai hiburan dan menyampaikan ajaran moral.
Dongeng sangat cocok dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran untuk anak, karena dapat digunakan untuk menyampaikan pesan moral dan pelajaran dengan cara yang menyenangkan.
Sebagai orang tua, hendaknya mendidik anaknya dengan baik agar kelak menjadi anak yang baik. Salah satu cara untuk mendidik anak adalah dengan menceritakan sebuah cerita dengan pesan moral agar dapat menjadi pelajaran kepada anak ketika sebelum tidur. Salah satu cerita yang dapat diceritakan kepada anak adalah cerita dongeng.
Dongeng termasuk ke dalam karya sastra lama berbentuk lisan dari orang ke orang maupun dibukukan menjadi sebuah tulisan. Cerita dongeng biasanya mengisahkan kejadian fiksi atau khayalan.
Tokoh dalam cerita dongeng juga dapat berupa hewan atau makhluk fiksi lain. Oleh karenanya, cerita dongeng sering diminati oleh kalangan anak-anak karena pada usianya anak-anak senang berkhayal tentang hal-hal yang seru dan ajaib.
Meskipun cerita dongeng termasuk ke dalam cerita fiksi, dongeng memiliki pesan moral yang terkandung di dalam ceritanya. Terdapat pelajaran penting yang terkandung di dalam ceritanya dan dibalut dengan kejadian-kejadian yang menghibur.
Selain itu, cerita dongeng juga termasuk cerita dengan bahasan yang ringan atau dapat dengan mudah dipahami oleh semua kalangan. Alur penulisannya pun sangatlah singkat sehingga dongeng dapat diselesaikan dalam sekali baca. Sehingga, dongeng dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk mengantarkan si anak tidur.
Terdapat berbagai macam cerita dongeng di berbagai daerah. Berikut merupakan sebagian cerita dongeng yang sering diceritakan oleh masyarakat :
Cerita Dongeng: Si Kura-Kura yang Sombong
Ada seekor kura-kura yang sombong dan merasa dirinya lebih pantas terbang dibandingkan berenang di perairan. Ia jengkel karena memiliki tempurung keras yang membuat tubuhnya terasa berat.
Ia pun kesal melihat kawan-kawannya sudah berpuas diri dengan berenang. Saat melihat burung yang bebas terbang di langit, kejengkelannya kian bertambah.
Suatu hari, kura-kura ini memaksa seekor angsa untuk membantunya terbang. Si angsa setuju. Ia mengusulkan agar si kura-kura berpegangan pada sebatang kayu yang akan diangkatnya.
Karena tangan kura-kura agak lemah, ia menggunakan mulutnya yang lebih kuat. Ia pun akhirnya bisa terbang dan merasa bangga.
Melihat teman-temannya yang tengah berenang, ia ingin menyombongkan diri. Ia lupa bahwa mulutnya harus terus dipakai untuk menggigit kayu. Ia pun terjatuh dengan keras. Beruntung, ia selamat berkat tempurung yang pernah dibencinya.
Cerita dongeng: Burung Hantu dan Belalang
Di suatu hari, ada sebuah pohon tua yang di dalamnya hidup burung hantu pemarah dan juga galak. Apalagi jika ada yang mengganggu tidurnya di siang hari. Dan saat malam hari, mereka bangun dengan suaranya sambil mencari serangga, katak, tikus, dan juga kumbang untuk dimakan.
Pada sore hari di musim panas, burung hantu tidur lelap di lubang pohon. Namun, tiba-tiba ada belalang yang sedang bernyanyi. Burung hantu terganggu akan hal itu dan meminta belalang untuk pergi dari sana.
“Hei, pergi dari sisi kau belalang! Apa kamu tak punya sopan santun mengganggu tidur orang yang sudah tua?”
Namun, belalang menjawab hal itu dengan nada kasar bahwa ia juga memiliki hak atas pohon tersebut. Bahkan, ia bernyanyi dengan suara yang lebih keras. Burung hantu menyadari bahwa berdebat pun tidak akan ada gunanya. Sementara siang hari matanya masih rabun sehingga ia tidak bisa memberi hukuman kepada belalang tersebut.
Akhirnya, burung hantu berfikir mengenai cara untuk menghukum sang belalang. Ia pun menengokkan kepalanya ke lubang pohon dan berkata dengan sangat ramah.
“Hai belalang, jika aku terus bangun aku pasti mendengar kamu bernyanyi. Tahu tidak, ada memiliki anggur di sini. Jika kau mau, kesinilah. Dengan memakan anggur ini, suaramu akan seperti Apollo karena ini kiriman dari Olympus”.
Akhirnya, sang belalang terbawa hanyut oleh rayuan dan pujian burung hantu. Akhirnya ia melompat ke sarang tersebut dan karena burung hantu sudah langsung bisa melihat belalang dengan matanya, maka belalang langsung diterkam serta dimakan oleh burung hantu.
Pohon Kehidupan
Hiduplah seorang pria tua yang memiliki empat orang anak. Ia ingin anak-anaknya tidak menjadi manusia yang terlalu cepat menghakimi sesuatu. Untuk itu, ia mengirimkan mereka untuk melihat pohon pir yang berada jauh dari rumah mereka.
Masing-masing anak diminta pergi di musim berbeda, yakni musim dingin, semi, panas, dan gugur. Saat keempatnya kembali, sang ayah bertanya tentang apa yang mereka lihat.
Anak pertama mengatakan pohon itu terlihat jelek, gundul, dan bengkok terkena angin. Sebaliknya, anak kedua mengatakan pohon itu dipenuhi tunas dan terlihat menjanjikan. Lalu, anak ketiga mengatakan kalau pohon tersebut dipenuhi bunga-bunga yang wangi. Terakhir, anak keempat mengatakan kalau si pohon memiliki banyak buah yang terlihat nikmat.
Sang ayah menjelaskan kalau semua yang mereka lihat itu benar. Masing-masing dari mereka hanya melihat pohon itu dalam satu musim saja. Ia lalu berujar, kalau mereka tidak boleh menilai pohon, apalagi manusia, hanya dari satu sisi saja.
Kancil dan Buaya
Suatu hari, ada seekor kancil sedang duduk bersantai di bawah pohon. Ia ingin menghabiskan waktu siangnya dengan menikmati suasana hujan yang asri dan sejuk. Beberapa waktu kemudian, perutnya keroncongan. Ya, kancil yang konon katanya cerdik itu lapar. Ia sedang berpikir untuk mendapatkan mentimun yang letaknya berada di seberang sungai. Tiba-tiba terdengar suara kecipak keras dari dalam sungai. Ternyata itu adalah buaya.
Kancil yang cerdik itu pun punya ide jitu untuk menghilangkan rasa laparnya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan cepat ke arah sungai untuk menghampiri buaya. “selamat siang buaya, apakah kau sudah makan?” Tanya kancil berpura-pura. Namun buaya itu tetap diam, nampaknya ia tertidur pulas sehingga tidak menjawab pertanyaan kancil. Si kancil pun mendekat. Kini jaraknya dengan buaya hanya satu meter saja “hai bbaya, aku punya banyak daging segar. Apakah kau sudah makan siang?” Tanya kancil dengan suara yang dikeraskan. Buaya itu tiba-tiba mengibaskan ekornya di air, ia bangun dari tidurnya. “ada apa? Kau mengganggu tidurku saja” jawab buaya agak kesal. “sudah kubilang, aku punya banyak daging segar. Tapi aku malas untuk memakannya. Kau tahu bukan kalau aku tidak suka daging? Jadi aku berniat memberikan daging segar itu untukmu dan teman-temanmu” jawab kancil polos. “benarkah itu? Aku dan beberapa temanku memang belum makan siang.
Hari ini ikan-ikan entah pergi kemana, sehingga kami tak punya cukup makanan” jawab buaya kegirangan. “kebetulan sekali, kau tidak perlu khawatir akan kelaparan buaya. Selama kau punya teman yang baik sepertiku. Benarkan? Hehehe” ujar kancil sembari memperlihatkan deretan gigi runcingnya. “terimaksih kancil, ternyata hatimu begitu mulia. Sangat berbeda dengan apa yang dikatakan oleh teman-teman di luar sana. Mereka bilang kalau kau licik dan suka memanfaatkan keluguan temanmu untuk memenuhi segala ambisimu” jawab buaya yang polos tanpa ragu-ragu. Mendengar itu, kancil sebenarnya agak kesal. Namun, ia harus tetap terlihat baik demi mendapatkan mentimun yang banyak di seberang sungai “aku tidak mungkin sejahat itu. Biarlah. Mereka hanya belum mengenalku saja, sebab selama ini sikapku terlalu cuek dan tidak peduli dengan omong kosong seperti itu.
Sekarang, panggilah teman-temanmu” ujar kancil. Buaya itu pun tersenyum lega, akhirnya ada jatah makan siang hari ini. “teman-teman, keluarlah. Kita punya jatah makan siang daging segar yang sangat menggoda. Kalian sangat lapar bukan?” Pekik buaya dengan suara yang sengaja dikeraskan agar teman-temannya cepat keluar. Tak lama kemudian, 8 ekor buaya yang lain pun keluar secara bersamaan. Melihat kedatangan buaya itu, kancil berkata “ayo berbaris yang rapi. Aku punya banyak daging segar untuk kalian”. Mendengar itu, 9 ekor buaya itu pun berbaris rapi di sungai. “baiklah, aku akan menghitung jumlah kalian, agar daging yang aku bagikan bisa merata dan adil” tipu kancil.
Kancil pun meloncat-loncat girang melewati 9 ekor buaya sembari berkata ‘satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tuju, delapan, dan sembilan” hingga akhirnya ia sampai di seberang sungai. 9 buaya itu berkata “mana daging segar untuk makan siang kami?”. Kancil terbahak-bahak lalu berkata “betapa bodohnya kalian, bukankah aku tak membawa sepotong pun daging segar di tangan? Itu artinya aku tak punya daging segar untuk jatah makan siang kalian. Enak saja, mana bisa kalian makan tanpa ada usaha?”. 9 ekor buaya itu pun merasa tertipu, salah satu diantara mereka berkata “akan ku balas semua perbuatanmu”. Kancil pun pergi sembari berkata “terimakasih buaya bodoh, aku pamit pergi untuk mencari mentimun yang banyak. Aku lapar sekali”.
Kancil dan Harimau
Pada Suatu Hari, Seekor Tikus Yang Sedang Asik Bermain Di Tengah Hutan. Tikus Berkeliling Sambil Bernyanyi Dengan Riang. Namun, Karena Keasikkan Bermain, Ia Tidak Sadar Sudar Berjalan Terlalu Jauh Dari Rumahnya.
Akhirnya, Tikus Menyadari, Ia Bermain Sangat Jauh Dari Rumahnya. Tikus Pun Langsung Memutuskan Untuk Pulang Kerumah. Namun, Karena Masuk Hutan Terlalu Jauh, Ia Pun Tersesat.
Namun, Ketika Tikus Mencari Jalan Pulang. Bukannya Ia Menemukan Jalan. Malah Kesasar D Sarang Harimau Yang Sedang Tidur. Tikus Sangat Ketakutan Melihat Harimau Yang Tertidur Lelap. Ia Langsung Memutuskan Untuk Mencari Jalan Keluar. Namun, Karena Takut Dan Panik Ia Malah Lari Naik Ke Atas Hidung Si Harimau.
Harimau Terbangun Dan Sangat Marah, Karena Waktu Istirahatnya Di Ganggu. Karena Sangat Marah , Harimau Itu Menangkap Tikus Malang Tersebut Dan Mencengkram Dengan Kukunya Yang Tajam.
Pada Saat Bersamaan, Kancil Sedang Asik Minum Di Sebuah Sungai Yang Letaknya Tidak Jauh Dari Tempat Si Tikus. Kancil Mendengar Suara Teriakan Ketakutan. Ia Langsung Mencari Di Mana Suara Itu, Ia Sangat Terkejut, Melihat Seekor Tikus Yang Siap Akan Di Mangsa Seekor Harimau Yang Sangat Besar. Kancil Pun Merasa Sangat Takut Melihat Harimau Yang Sangat Besar. Namun, Hatinya Ingin Sekali Membantu Si Tikus. Akhirnya, Kancil Pun Memberanikan Diri Mendekati Mereka.
Kancil Menghampiri Tikus Dan Harimau. Tikus Sangat Senang Melihat Kancil Datang, Ia Sangat Berharap Kancil Dapat Menolongnya. Kancil Datang Dengan Gaya Yang Sangat Bijak. Namun, Ia Pura-Pura Tidak Tahu Apa Yang Sedang Terjadi. Kancil Langsung Menyapa Ke Dua Hewan Tersebut.
‘’ Sedang Apa Kalian? Sepertinya Sedang Bermain, Apa Boleh Aku Ikut Bermain Bersama?’’ Tanya Si Kancil.
Melihat Kancil, Harimau Sangat Terkejut.
‘’ Haha, Berani Sekali Kau Datang Ke Sini? Kebetulan Perutku Sangat Lapar.” Kata Si Harimau Dengan Sangat Tegas.
‘’ Haha, Kenapa Aku Harus Takut Hei Kau Harimau. Aku Takut Padamu? Hahaa, Aku Bisa Mengalahkan Semua Hewan Di Sini. Akulah Raja Di Hutan Ini.’’ Jawab Si Kancil.
Harimau Sangat Terkejut Mendengar Apa Yang Di Katakana Si Kancil. Namun, Ia Merasa Penasaran .
‘’ Apa Benar Yang Kau Katakan?’’ Tanya Harimau.
‘’ Kau Tidak Percaya Padaku? Jika Kau Masih Tidak Percaya, Kau Bisa Menyakan Langsung Pada Penasehatku.’’ Jawab Kancil Lagi.
‘’ Penasehat? Haha, Dimana Aku Bisa Menemui Penasehatmu Itu.?’’ Tanya Harimau Yang Mulai Penasaran.
‘’ Hei Harimau, Kau Pura-Pura Tidak Tahu Siapa Penasehatku? Yang Sekarang Kau Cengkaram Itu, Dia Adalah Penasehat Kepercayaan Ku, Disini Ia Sangat Di Segani. Jika Sampai Terjadi Apa-Apa Dengan Dia, Aku Tidak Akan Memaapkanmu Harimau!’’ Jawab Kancil Dengan Sok Tegas.
Harimau Mulai Terpengaruh Dengan Cerita Si Kancil. Harimau Adalah Penghuni Baru Di Hutan Ini, Jadi Ia Memang Tidak Tahu Tentang Semua Hal Di Hutan Ini. Termasuk Siapa Raja Hutanya.
‘’ Hei Tikus, Apa Benar Yang Dikatan Si Kancil? Dia Raja Di Hutan Ini?’’ Tanya Harimau Kepada Tikus.
Tikus Menyadari Bahwa Si Kancil Berbohong Untuk Menolongnya, Ia Pun Mengikuti Alur Cerita Yang Di Buat Si Kancil.
‘’ Iya Benar, Kancil Adalah Raja Di Hutan Ini. Dan Aku Adalah Penasehat Kepercayaan Sang Raja Hutan. Di Hutan Ini Kancil Sangat Di Takuti Dan Di Hormati Oleh Semua Hewan. Jika Kau Masih Tidak Percaya. Kau Bisa Langsung Tanyakan Pada Hewan-Hewan Lain.’’ Jawab Si Tikus.
Mendengar Jawaban Dari Tikus, Ia Mulai Merasa Takut. Namun, Ia Tidak Menunjukkan Rasa Takutnya, Karena Harimau Adalah Hewan Yang Harus Di Takuti, Ia Tidak Mau Di Kalahkan Oleh Hewan Kecil Seperti Kancil.
‘’ Haha, Aku Tidak Percaya Dengan Omong Kosong Kalian Berdua! Mana Buktinya Jika Apa Yang Kalian Katakan Benar.’’ Tanya Harimau.
Kancil Pun Merasa Bingung, Bagaimana Ia Bisa Ia Membuktikan Kebohongannya. Namun, Karena Kecerdikannya. Ia Berusaha Tetap Tenang Di Hadapan Harimau, Meskipun Sebenarnya Ia Merasa Takut.
‘’ Kau Masih Tidak Percaya? Bukti? Baiklah, Beberapa Hari Yang Yang. Aku Sudah Mengalahkan Harimau Besar Sepertimu. Harimau Itu Bersikap Sangat Kurang Ajar, Aku Masih Menyimpan Kepalanya Di Pinggir Sungai, Karena Untuk Peringatan Bagi Hewan-Hewan Lain Agar Tidak Bersikap Kurang Ajar Di Hutan Ini. Jika Mau Bukti, Aku Akan Menunjukannya Langsung. Namun, Setelah Aku Tunjukan, Kau Tidak Boleh Menyesal.” Kata Si Kancil.
Harimau Merasa Ketakutan. Namun, Ia Memaksakan Diri Untuk Tidak Menunjukannya Rasa Takutnya.
‘’ Baiklah, Di Mana Kau Akan Menunjukkan Harimau Malang Itu. Namun, Jika Kau Menipuku, Kalian Berdua Akan Menjadi Makan Siangku.!’’ Kata Harimau.
Mendengar Gertakan Si Harimau, Tikus Sangat Ketakutan. Namun, Ia Percaya Akan Kecerdikan Si Kancil, Si Kancil Pun Mengedipkan Mata Pada Tikus.
Kancil Langsung Membawa Harimau Ke Tepi Sungai Di Dalam Hutan. Mereka Menuju Sumur Di Pinggir Sungai. Sumur Itu Sangat Gelap Dan Dalam. Namun, Karena Pantulan Cahaya Matahari Yang Membuat Air Yang Bening Itu Berkilau Seperti Cermin.
‘’ Kita Sudah Sampai Di Sumur Yang Aku Maksud. Sekarang Kau Bisa Membuktikan Sendiri, Kau Lihat Sendiri Pada Sumur Tersebut.’’ Kata Si Kancil.
Harimau Merasa Sangat Penasaran. Namun, Hatinya Sangat Takut, Ia Pun Memberanikan Diri Untuk Melihat Ke Dalam Sumur. Karena Ketakutan Ia Hanya Mengintip Saja. Tapi, Ia Sangat Terkejut Ketika Membuka Mata Dan Melihat Kepala Harimau Itu Benar-Benar Ada. Ternyata, Apa Yang Di Katakana Kancil Benar. Ia Memang Benar-Benar Raja Hutan. Karena Ketakutan, Ia Langsung Melarikan Diri. Ia Langsung Berlari Dengan Cepat, Karena Takut Di Makan Kancil.
Melihat, Harimau Berlari Begitu Cepat. Kancil Dan Tikus Tertawa Dengan Puas, Mereka Berhasil Mengelabui Harimau Yang Sombong Itu.
Sebenarnya, Di Dalam Sumur Itu Tidak Ada Siapapun Selain Air Yang Sangat Bening Seperti Kaca. Karena Kebodohan Harimau, Ia Tidak Menyadari Bahwa Kepala Harimau Yang Ada Di Sumur Tersebut Adalah Bayangannya Sendiri. Lagi Lagi Kancil Berhasil Menipu Untuk Menyelamatkan Tikus Temannya.
Asal Mula Ikan Duyung
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri dan ketiga anak mereka yang umurnya masih kecil. Pada suatu pagi, mereka memakan nasi dan ikan. Masing-masing mendapatkan bagian. Rupanya, ikan yang ada tidak habis dimakan dan suami pun memberikan pesan kepada istri, “Istriku, ikan yang tersisa ini siapkan untuk makanan nanti sore”.
Ia pun mengiyakan pesan suaminya tersebut. Namun, pada saat makan siang, si bungsu tiba-tiba menangis dan meminta ikan yang disimpan untuk hidangan sore nanti. Sementara suaminya masih di kebun. Ia pun memberikan pengertian kepada sang anak bahwa ikan tersebut untuk makanan ayah nanti sore.
Namun, si bungsu justru menangis dengan sangat keras. Akhirnya, sisa ikan tersebut ia berikan kepada si bungsu dan tangisnya pun menjadi berhenti. Namun, sesudah bekerja di kebun selama seharian, sang suami pulang dengan keadaan lapar dan lelah. Ia membayangkan akan makan sore menggunakan ikan. Dengan sangat cepat, sang istri menghidangkan makanan untuk ayah.
Akan tetapi, ayah tidak mendapati sisa ikan yang tadi pagi. Ia pun berubah raut mukanya menjadi masam. “Ia bertanya, “Istriku, mana ikan yang tadi pagi masih sisa?”. Sang istri menjawab “Maafkan aku suamiku, saat makan siang tadi, anak kita si bungsu menangis dan merengek minta makan ikan”.
Bukannya memahami watak anaknya, suami justru marah besar. Sejak itu, sang istri dipaksa untuk mencari ikan di lautan. Tanpa belas kasihan sang suami berkata, “Engkau jangan pernah pulang ke rumah sebelum memperoleh ikan yang banyak sebagai ganti dari ikan yang sudah dimakan tadi”.
Akhirnya, sang istri pun pergi dengan sangat sedih dan merasa sakit hati dengan sang suami. Ia sangat berat meninggalkan ketiga anaknya, terlebih si bungsu yang masih menyusu. Lama ibunya tak kunjung pulang, ketiga anaknya sangat rindu kepadanya.
Akhirnya mereka mencari ibunya ke laut. Namun mustahil bisa menemukan ibunya karena tidak ada satu orang pun di sana. Namun, tiba-tiba ibunya datang dan menyusui anak bungsunya. Ia pun memerintahkan kepada ketiga anaknya untuk pulang dan ia berjanji akan segera kembali.
Namun, karena sang ibu tak kunjung kembali, mereka mencari ibunya ke laut. Akhirnya bertemu dengan sosok perempuans setengah sisik yang kemudian menyusui si bungsu. Namun, tiba-tiba nampak ada perubahan pada ibu mereka. Ada sisi di setengah tubuhnya.
Mereka pun berkata, “Kau bukan ibuku”. Sekalipun ia sudah menjelaskan, tetap saja mereka tidak mengakui sebagai ibu. Dan ketika mereka memanggil manggil nama ibunya, yang muncul adalah perempuan sama yang setengah badannya bersisik. Akhirnya merekapun meninggalkan laut tersebut karena merasa tak kunjung menemukan ibunya.
Cermin Ajaib
Alkisah, ada seorang raja bernama Granada yang sedang mencari istri. Ia pun menggelar sebuah sayembara. Barang siapa ingin menjadi istrinya, haruslah melihat ke dalam cermin ajaib yang mampu menunjukkan kebaikan dan keburukannya semasa hidup.
Para wanita yang awalnya bersemangat ingin menjadi ratu langsung patah semangat mendengar persyaratan tersebut. Mereka khawatir dan malu kalau semua orang akan mengetahui borok-borok mereka.
Hanya ada satu wanita yang berani mengajukan diri. Ia adalah seorang penggembala yang datang dari keluarga menengah ke bawah. Bukan karena ia merasa tak pernah berbuat dosa. Namun menurutnya, semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Selama mau memperbaiki diri, semuanya bisa dimaafkan.
Tanpa ragu dan takut, ia melihat ke dalam cermin tersebut. Setelah itu, raja mengatakan bahwa cermin itu sebenarnya hanyalah cermin biasa. Ia hanya ingin menguji kepercayaan diri para wanita yang ada di sana. Pada akhirnya, mereka pun menikah dan hidup bahagia selamanya.
Si Belang, Si Botak dan Si Buta
Terdapat tiga sosok dari Bani Israil, yakni si belang, si botak dan si buta. Suatu hari, Allah hendak menguji mereka bertiga. Dia pun mengutus Malaikat kepada si belang. Akhirnya sang Malaikat bertanya “Apa yang amat engkau inginkan dalam hidup?”
“Penyakitku disembuhkan dan aku akhirnya memiliki kulit indah supaya tidak ada lagi orang yang jijik saat melihatku” Jawab si belang.
Akhirnya Malaikat tersebut mengusap si belang dan cacatnya tersebut langsung hilang, bercahaya dan bersih. Kemudian, Malaikat tersebut kembali bertanya, “Jenis binatang apa yang paling bisa menyenangkan hatimu?” Si belang pun menjawab “Unta”.
Kemudian Malaikatpun memberikan seekor unta hamil dan berdo’a “Semoga Allah memebrkati atas apa yang kau punya”. Sesudah itu, Malaikat pun mendatangi si botak dan menyakan pertanyaan yang sama, “Apa yang paling engkau inginkan?”. Si botak pun menjawab, “Rambut yang indah”.
Kemudian, sang Malaikat mengusap kepala si botak dan secara tiba-tiba kepalanya tumbuh rambut yang amat indah. Kemudian Malaikat kembali bertanya, “Binatang apa yang amat menarik hatimu?”. Ia menjawab “Sapi”.
Akhirnya, Malaikat tersebut memberikan seekor sambil hamil dan berkata “Semoga Allah memberkahi harta yang engkau miliki”. Dan terakhir, sang Malaikat mendatangi si buta dan bertanya,”Apa yang paling engkau inginkan?”. Si buta pun menjawab, “Aku ingin bisa melihat kembali supaya bisa menyaksikan orang-orang”.
Sang Malaikat akhirnya mengusap matanya dan secara langsung ia bisa melihat kembali. Malaikat melanjutkan, “Binatang apa yang bisa membuatmu senang?”. Si buta pun menjawab, “Kambing”. Malaikatpun memberikan kambing hamil dan mengucap salam perpisahan kepada si buta.
Seiring berjalannya waktu, binatang yang mereka miliki berkembang dan beranak pinak dengan sangat cepat juga sehat. Anaknya pun juga sangat banyak. Kemudian, Malaikat kembali mendatangi mereka untuk menguji di dalam bentuk berbeda sesuai dengan perintah Allah.
Malaikat mendatangi si belang dan berkata, “Aku adalah orang yang malang. Aku kehabisan bekal perjalannya. Dan tidak ada satupun orang yang menolongku selain engkau dan Allah. Maka tolong aku”.
Si belang pun menjawab, “Urusanku amat banyak dan aku tidak bisa memberimu apa-apa”.
Malaikatpun menimpal “Nampaknya aku mengenalmu. Engkau adalah orang yang dulunya memiliki penyakit belang sehingga orang menjadi jijik kepadamu. Engkau dulunya adalah orang miskin yang ditolong oleh Allah”
“Bukan, aku bukan orang miskin, aku mewarisi harta yang dimiliki oleh nenek moyangku” tegas si Belang.
Malaikatpun menjawab, “Apabila engkau berkata dusta, maka Allah tentu akan membuatmu kembali lagi sebagaimana dahulu”. Lalu Malaikatpun mendatangi si botak dan memohon bantuan sebagaimana yang ia lakukan kepada si belang. Namun, si botak memberi jawaban yang serupa dan Malaikat juga memberikan pernyataan yang sama.
Sesudah itu, Malaikat mendatangi orang terakhir, yaitu si buta. Ia menyampaikan pertolongan seupa. Dan buta menjawab dengan sangat tulus, “Sesungguhnya aku dulu adalah seorang yang buta. Kemudian Allah mengembalikan penglihatanku lagi. Maka ambilah apa yang engkau sukai dan tinggalkan apa yang engkau tidak suka. Karena semua ini hanyalah titipan dari Allah”
Akhirnya, sang Malaikatpun tersenyum dan berkata “Aku adalah Malaikat yang hendak mengujim. Allah sangat senang kepadamu dan sangat murka kepada kedua temanmu”
Telur Emas
Alkisah, ada seekor angsa yang dapat mengeluarkan sebutir telur emas setiap hari. Angsa itu dimiliki seorang petani dan istrinya. Mereka bisa hidup nyaman dan berkecukupan berkat telur tersebut.
Kenyamanan ini berlangsung cukup lama. Namun pada suatu hari, tiba-tiba saja terbersit ide di benak petani tersebut. “Kenapa aku harus mendapatkan satu telur per hari? Kenapa tidak kuambil semuanya sekaligus dan jadi kaya raya?” pikirnya.
Istrinya ternyata setuju dengan ide tersebut. Mereka pun menyembelih si angsa dan membelah perutnya. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat perut tersebut hanya berisi daging dan darah. Tak ada telur sama sekali, apalagi emas.
Mereka pun menangis sejadi-jadinya. Tak ada sumber penghasilan tetap yang bisa mereka andalkan lagi. Mereka harus bekerja keras untuk menyambung hidup esok hari.
Beruang yang Sedang Lapar
Pada suatu hari di salah satu tepi sunga, terdapat seekor beruang yang memiliki tubuh amat besar. Ia kebetulan sedang mencari ikan untuk dimakan. Pada waktu itu, ikan memang masih belum musimnya. Maka dari itu, sang beruang harus menunggu agak lama untuk mendapatkan ikan yang meloncat di bagian tepi sungai.
Sudah sejak pagi hari sang beruang mencoba untuk mendapatkan ikan yang kebetulan meloncat keluar. Namun tidak ada satu ekor ikanpun yang berhasil ia peroleh. Namun setelah menanti cukup lama, ia pun berhasil menangkap seekor ikan yang masih kecil.
Sesudah ditangkap oleh beruang, ikan tersebut akhirnya menjerit kesakitan. Ia juga takut kepada beruang besar. Kemudian, ikan kecil itu menatap ke arah beruang kemudian berkata “Wahai beruang, aku mohon lepaskanlah aku”. Beruang pun menjawab “Kenapa aku harus melepaskanmu? Apa alasanmu?”
“Tidaklah engkau melihat bahwa aku masih sangat kecil. Aku bisa lolos dari celah gigimu. Begini saja, sebaiknya kamu lepaskan aku terlebih dahulu ke sungai. Kemudian aku akan tumbuh menjadi seekor ikan yang besar dalam beberapa bulan kemudian. Pada saat tersebut, engkaupun bisa menangkapku dan memakanku untuk memenuhi selera makanmu” Ujar ikan.
Kemudian, beruang pun menjawab “Wahai ikan yang masih kecil, apakah kamu tahu kenapa aku bisa menjadi seekor beruang yang sangat besar?”
“Mengapa beruang?” Balas ikan sembari ia menggelengkan kepala.
“Itu karena aku sekalipun tidak pernah menyerah sekecil appaun itu. Karena aku yakin bahwa keberuntungan yang sudah ada di dalam genggaman walaupun itu kecil aku tidak pernah melepaskan dan menyia-nyiakannya” Jawab beruang sembari tersenyum lebar.
“Ops” Teriak sang ikan.
Kisah Raja dan Peramal Yang Cerdik
Di sebuah malam, ada seorang raja yang terkaget dan bangun dari tidurnya. Ia mengalami mimpi buruk. Sambil terengah-engah, ia pun memanggil bulubalang di kerajaan tersebut. Ia meminta bulubalang tersebut untuk memanggil peramal istana saat itu juga.
Tidak lama sesudah itu, peramal istana pun datang dan menghadap langsung kepada sang raja. Kemudian raja menceritakan mimpi yang ia alami tersebut.
“Saya memimpikan hal yang aneh. Di dalam mimpi, aku melihat seluruh gigiku lepas. Tahukah kamu itu pertanda apa peramal?”
“Baginda, saya mohon maaf. Berdasarkan yang hamba ketahui selama ini, mimpi aneh itu artinya aka nada kesialan yang akan mengenai Baginda. Menurut saya, setiap satu gigi yang lepas, artinya ada satu anggota dari keluarga yang meninggal dunia. Dan apabila seluruh gigi tanggal, maknanya adalah Baginda mengalami musibah yang besar, yakni semua anggota keluarga Baginda akan meninggal dunia”
Pertanda buruk yang disampaikan oleh sang peramal pun membuat raja merasa marah. Dan karena hal itu, peramal itu akhirnya dihukum. Kemudian raja meminta bulubalang untuk mencari peramal lainnya. Kemudian datanglah seorang peramal yang baru. Sesudah mendengarkan cerita dari sang raja, peramal baru itu hanya tersenyum.
“Baginda, dari yang hamba ketahui, mimpi Baginda tersebut artinya adalah Baginda menjadi seseorang yang sangat beruntung karena akan hidup di dunia ini lebih lama beserta semua anggota keluarga Baginda” Ujar si peramal.
Mendengar apa yang disampaikan oleh peramal kedua tersebut, raja pun merasa bahagia dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. Raja tersebut merasa amat senang dengan peramalnya.
“Engkau memang seorang peramal yang sangat pandai dan cerdas. Sebagai hadiah atas kehebatanmu tersebut, aku akan memberikan hadiah berupa lima keping emas khusus untukmu” ujar sang raja.
Akhirnya, peramak kedua yang tentu saja pintar dan cerdik terebut menerima hadiah dari sang saja dan dia sangat senang.
Terdampar
Suatu hari, seorang pria mengalami kecelakaan kapal dan terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Ia terus berdoa agar Allah menyelamatkannya. Setiap hari ia memandang laut lepas menanti pertolongan.
Hari demi hari berlalu, yang ia harapkan tak kunjung datang. Demi bertahan hidup, ia pun mencari makanan di hutan dan berusaha membangun gubuk seadanya.
Tak lama setelah gubug selesai dibangun, pria itu pergi mencari makan. Alangkah terkejutnya ia saat kembali, kobaran api melalap gubug tersebut hingga habis tak tersisa.
Ia pun kecewa dan putus asa. Sempat ia merasa marah karena mengira Allah tak lagi memedulikannya. Lelah menangis, ia jatuh tertidur di atas pasir.
Keesokan harinya, ia terbangun mendengar suara kapal yang mendekat. Ia pun lega bercampur heran, bagaimana orang-orang itu bisa menemukannya. Padahal sudah lama ia pasrah tak mengharapkan pertolongan datang.
Ternyata, orang-orang itu melihat kepulan asap dari gubug yang terbakar kemarin. Tersadarlah pria tersebut, ternyata yang disangkanya bencana justru merupakan berkah yang diberikan Allah.
Si Bodoh dan Keledai
Suatu hari, ada ayah dan anak yang berjalan kaki sambil menuntun keledainya menuju pasar. Mereka berpapasan dengan seorang pria yang berkata, “Dasar bodoh, ada keledai mengapa kalian malah jalan kaki?” Jadilah ayah itu meminta anaknya untuk menaiki keledai. Mereka pun melanjutkan perjalanan.
Tak lama, mereka kembali bertemu pria lain. Kali ini pria tersebut berkomentar, “Dasar anak muda pemalas. Kenapa ia enak-enakan naik keledai sementara ayahnya dibiarkan berjalan kaki?” Akhirnya, sang ayah meminta anaknya turun. Giliran ia yang naik keledai sementara anaknya berjalan kaki.
Belum jauh, mereka bertemu dengan sekelompok wanita yang berbisik satu sama lain, “Kasihan sekali anak itu. Ayahnya naik keledai sementara ia harus berjalan kaki.” Bingung harus bagaimana, akhirnya sang ayah mengajak anaknya untuk ikut menunggangi hewan peliharaannya.
Lagi-lagi, mereka bertemu penduduk setempat yang mencemooh, “Apakah kalian berdua tidak malu membuat keledai malang itu menanggung badan kalian yang besar?” Ayah dan anak itu pun turun. Setelah berpikir keras, akhirnya mereka memutuskan mengikat kaki keledai ke tiang. Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan sambil memanggul tiang dan keledai tersebut.
Orang-orang yang berpapasan pun tertawa melihat kebodohan mereka. Sampai di sebuah jembatan, salah satu ikatan kaki keledai terlepas dan membuatnya berontak. Sayang, si keledai malah jatuh ke sungai dan akhirnya tenggelam. Ayah dan anak itu pun kehilangan keledai mereka selama-lamanya.
Kera Raja Hutan
suatu masa di tengah hutan rimba belantara, ada suara singa yang menjadi raja hutan. Singa tersebut sedang mengeram kesakitan lantaran tertembak oleh salah seorang pemburu hutan. Mendengar kejadian tersebut, seluruh penghuni di hutam rimba merasa gelisah lantaran mereka tidak lagi memiliki raja. Raja satu-satunya yang mereka miliki sudah ditembak pemburu.
Para penghuni hutan rimba akhirnya berkumpul bersama untuk pemilihan raja hutan. Mereka pun melakukan diskusi untuk mencari raja hutan baru. Yang mula-mula dipilih adalah macan tutul. Namun, ia menolak dengan alasan ia melihat manusia saja sudah takut dan berlari.
Binatang lain pun berkata, “apabila macan tutul tidak bersedia, kalau begitu badak karena badak sangat kuat”
Namun di badak juga menolak “aku tidak mau karena aku memiliki penglihatan yang kurang baik sehingga sering menabrak pepohonan”
Kemudian binatang yang lain berkata “yang pantas adalah di gajah karena badannya paling besar”
“Tubuhku memiliki gerakan yang sangat lambat dan tidak bisa berkelahi” jawab si gajah. Ia juga melanjutkan “Mungkin untuk hari ini bisa dicukupkan dulu dan dilanjutkan besok”
Namun, ketika semua hendak bubar, kera pun berteriak “Bagaimana jika manusia saja yang dijadikan sebagai raja, ia kan sudah menembak singa”
Tupai pun menjawab “Tidak mungkin”
“Cobalah kalian memperhatikanku, bukankah aku sangat mirip dengan manusia? Maka aku adalah binatang yang tepat untuk menjadi raja kalian” Ujar si kera.
Sesudah dirundingkan, akhirnya semua yang hadir setuju bahwa yang menggantikan singa sebagai raja hutan adalah kera. Ia pun menjadi raja hutan baru.
Namun, ketika menjadi raja, kera memiliki tingkah yang tidak layak menjadi seorang raja. Ia hanya hidup bermalas-malasan. Akhirnya semua binatang marah kepadanya. Akhirnya para suatu hari srigala mengajak kera ke suatu tempat untuk menyantap makanan. Dan kera pun mengiyakan.
Akhirnya, si kera menyantap berbagai hidangan yang ada di sana. Akhirnya, kera tersebut terkena jebakan dari manusia dan itu membuatnya terperosok ke dalam lubang tanah. Saat ia minta tolong tidak ada yang menolongnya karena ia adalah raja yang bodoh dan tidak bisa melindungi rakyatnya. Akhirnya, ia ditinggalkan di dalam lubang tersebut.
Tikus Pemakan Besi
Alkisah, ada seorang saudagar kaya raya bernama Jveernadhana. Suatu hari desanya diterjang banjir bandang yang membuatnya kehilangan hampir seluruh harta benda.
Jveernadhana pun memutuskan untuk mencoba peruntungan di tempat lain. Ia menjual seluruh hartanya yang tersisa untuk membayar hutang, kecuali sebuah besi penyangga berukuran besar yang merupakan warisan dari leluhurnya.
Karena tak bisa membawanya pindah, Jveernadhana menitipkan besi tersebut ke sahabatnya, Janak. Ia berkata akan mengambilnya suatu hari nanti saat usahanya sudah sukses.
Beberapa tahun kemudian, bisnis Jveernadhana sukses. Ia pun memutuskan kembali ke desanya dan mendatangi Janak. Namun saat Jveernadhana meminta besinya kembali, sahabatnya itu malah mengatakan kalau besinya sudah dimakan tikus. Janak sebenarnya ingin memiliki besi itu karena tahu harganya sangat mahal jika dijual.
Meski tak percaya kalau tikus bisa memakan besi, Jveernadhana berusaha tetap tenang. Ia pun pamit dan meminta Janak untuk melupakan masalah tersebut.
Jveernadhana juga meminta Ramu, putra Janak, untuk ikut dengannya. Ia mengatakan punya hadiah untuk Janak dan akan menitipkannya pada Ramu. Sesampainya di rumah, Jveernadhana malah mengunci Ramu di sebuah kamar.
Janak yang cemas karena putranya tak kunjung kembali pun mendatangi rumah Jveernadhana. Betapa terkejutnya ia ketika Jveernadhana mengatakan putranya sudah dibawa terbang oleh burung gagak.
Karena tak percaya, mereka pun bertengkar hebat. Akhirnya kasus ini dibawa ke pengadilan. Di hadapan hakim, Jveernadhana berkata, “Kalau tikus bisa memakan besi milikku, kenapa burung gagak tidak bisa membawa putra Janak?”
Mendengarnya, Janak tersadar dan meminta maaf. Hakim pun meminta Janak untuk mengembalikan besi Jveernadhana dan mendapatkan putranya kembali.
Kancil dan Siput
Cerita di bawah ini menceritakan tentang seekor kancil sombong yang mengajak siput untuk berlomba lari lantaran siput memiliki kebiasaan berjalan lambat. Berikut cerita lengkapnya.
Pada suatu masa di dalam sebuah hutan, terdapat seekor kancil yang tengah berlarian. Kemudian, ia tidak senjaga bertemu dengan seekor siput yang ada di pinggir sungai. Kancil yang sangat sombong tersebut pun meledek tikus lantaran siput hanya mampu berjalan lambat sementara kancil bisa berlari-lari sesuka hatinya.
Dengan sangat angkuh, akhirnya si kancil pun berkata kepada siput,
“Hai siput, apakah kamu berani beradu balapan lari denganku?” Ucap kancil dengan nada sombong dan dia tahu bahwa sang siput sudah pasti akan menolak lantaran tidak pernah mungkin menang mengalahkan sang kancil.
Namun, yang terjadi adalah di luar dugaan, ternyata siput tersebut menerima tantangan si kancil. Akhirnya, keduanya membuat kesepakatan dan menentukan hari tanding mereka yang akan balapan lari. Akhirnya, semua sepakat dan si kancil pun tidak sabar menunggu hari H dimana perlombaan tersebut digelar.
Selama menunggu hari perlombaan, akhirnya siput mengatur suatu strategi. Siput mengajak teman sesame siput yang lain untuk berkumpul dan menceritakan perihal tantangan dari si kancil yang mengajak lomba lari dengan angkuh dan sombong. Akhirnya, mereka pun mendiskusikan sesuatu agar berhasil menang di dalam pertandingan tersebut.
Strateginya adalah, di sepanjang tepi sungai, para siput harus berbaris dengan rapi dan ketika sang kancil memanggil, maka yang ada di tepi tersebut harus menjawab si kancil. Begitu seterusnya sampai di garis finish.
Akhirnya, saat yang dinanti-nanti pun tiba. Hampir seluruh penghuni hutan datang untuk menyaksikan pertandingan balap lari antara si kancil dengan siput. Keduanya pun sudah siap berdiri sama di garis start dan perlombaan siap dimulai.
Pemimpin adu lari bertanya kepada keduanya “apakah kalian sudah siap?” .
Keduanya pun menjawab “Siap”. Maka pemimpin adu lari tersebutpun mengatakan “Mulai!”.
Keduanya spontan berlari. Dan si kancil langsung berlari dengan memakai kekuatan penuhnya. Dan sesudah beberapa jarak berlari, kancil pun merasa kelelahan. Nafasnya pun mulai tak karuan dan terengah-engah. Ia pun berhenti sejenak di jalan sembari memanggil sang siput.
“Put siput” Ujar kancil.
“ya aku di sini” jawab siput sembari berjalan dengan lamban di hadapan sang kancil.
Si kancil pun merasa kaget lantaran siput tersebut sudah ada tepat dihadapannya. Ia pun tidak jadi istirahat dan langsung bergegas berlari sekuat tenaga. Ia pun merasa sangat lelah dan mulai kehausan. Nafasnya seperti hampir habis dan terengah-engah. Saat itu, ia kembali memanggil sang siput.
Saat itu, kancil mengira bahwa siput masih ada di belakang dia. Padahal ternyata siput tersebur sudah ada di depannya. Siput puh menjawab sebagaimana strategi yang diatur sebelumnya. Melihat hal tersebut, akhirnya kancil pun kembali berlari. Hingga akhirnya ia merasa sangat lelah dan tidak kuat lagi. Alhasil, ia pun menyerah kepada siput.
Semua penghuni hutan merasa terkejut kancil bisa mengalah kepada siput.
Bocah Penggembala dan Serigala
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak penggembala di suatu desa. Setiap hari ia bertugas menggembalakan domba-domba milik tuannya di dekat hutan.
Karena terus melakukan kegiatan yang sama, ia merasa bosan. Suatu hari, terbesit di pikirannya untuk mengerjai orang-orang desa sebagai hiburan. Ia pun berlari menuju desa sambil berteriak ketakutan, “Ada serigala! Ada serigala!”
Sesuai dugaannya, masyarakat setempat berlari menuju tepi hutan untuk mengusir serigala tersebut. Tapi sesampainya di sana, tak ada serigala sama sekali. Yang ada malah sosok si anak pengembala yang tertawa terbahak-bahak. Sadarlah mereka kalau sudah tertipu.
Beberapa hari kemudian, anak itu kembali berteriak-teriak minta pertolongan. Lagi-lagi penduduk desa berlari ke tepi hutan. Namun mereka ternyata tertipu untuk kedua kalinya. Mereka pun pulang dengan bersungut-sungut.
Suatu hari menjelang sore, tiba-tiba saja serigala sungguhan muncul dari dalam hutan. Si anak pun berteriak ketakutan minta bantuan. Namun kali ini, penduduk desa tak mau percaya padanya.
Serigala itu pun dengan leluasa membunuh dan menyantap domba-domba yang ada di sana. Sementara anak itu hanya bisa melihat dari kejauhan dan bingung memikirkan apa yang harus ia katakan pada sang tuan.
Tupai Yang Sombong
Di hutan, Tupai adalah binatang yang sangat terkenal karena kesombongannya. Ia selalu memamerkan ketangkasannya pada saat meloncat. Setiap ia bertemu dengan binatang lainnya, ia selalu mengejek mereka.
‘’ Hei kalian, aku sungguh sangat kasih melihat kalian berjalan-jalan dalam cuaca seperti ini.’’ Ujar Tupai tertawa.
Pada suatu hari, Kura-kura dan Kancil sedang asik bermain menangkap bola. Karena Kancil sangat bersemangat, bola yang ia lemparkan tersangkut hingga dedaunan pohon tepat di samping mereka. Namun, mereka berdua kebingungan bagaimana mengambil bola tersebut.
‘’ Hahaa, kasihan sekali kalian !’’ ujar Tupai
Tiba-tiba Tupai keluar dari balik pohon dan meloncat dengan sangat gembira diantara satu pohon ke pohon yang lainnya. Ia pun mengambil bola yang tersangkut pada dedaunan tersebut.
‘’ Tupai, cepat lemparkan bola kami.’’ Seru Kura-kura.
‘’ Hahaa, tidak! Makannya, kalian jangan menjadi binatang yang hanya bias berjalan dan belajarlah untuk nak ke atas pohon dan melompat ke sana kemari sepetiku!’’ ujar Tupai dengan sombong.
Kancil dan Kura-kura hanya menatap Tupai yang sedang meloncat kesana kemari. Tupai melemparkan bola tersebut ke arah pohon yang berada di depannya. Sehingga, bola tersebut memantul kembali ke arahnya. Selain itu, Tupai pun dapat menangkapnya kembali. Berulang-ulang kali ia melakukan hal yang sama beberapa kali pada bola tersebut.
‘’ Sudahlah Kura-kura, sebaiknya kita berdua pulang saja. Biarkan dia bermain dan bersenang- senang sendirian dengan bola tersebut.’’ ujar Kancil.
Akhirnya, Kura-kura pun setuju dengan ajakkan Kancil.
‘’ Baiklah Tupai, sepertnya kau menyukai bola kami. Sekarang kau boleh memilikinya. Kami akan pulang, kami sudah lelah bermain sepanjang hari.’’ Seru Kancil.
Sementara Tupai terkejut mendengar teriakkan Kancil dan kehilangan konsentrasinya hilang. Sehingga ia tergelincir batang pohon sampai terjatuh, sangat disayangkan ia terjatuh ke dalam kubangan lumpus sisa hujan semalam.
‘’ Byyyyur!’’
Akhirnya, Tupai terjatuh kedalam kubangan dan bola yang di pegangnya di ambil oleh Kura-kura dan Kancil. Sementara, Kura-kura dan Kancil tidak bias menahan dirinya untuk tertawa melihat tubuh Tupai di penuhi dengan lumpur
‘’ Hahaa, kasihan sekali kau Tupai. kami tertawa karena melihat tingkahmu. Kau terlalu menyombongkan diri karena memiliki kemampuan meloncat tapi sekarang, kau jath juga.’’ Ujar Kancil menertawakan.
‘’ Itulah Cil akibatnya untuk orang yang selalu menyombongkan dirinya. Tupai pasti akan malu karena sudah mengalami kejadian ini.’’ Tambah Kura-kura.
Mendengar ejekkan dari Kancil dan Kura-kura, Tupai merasa sangat kesal. Namun, apa yang mereka katakan memang benar. Ia pun berjanji tidak akan bertingkah sombong lagi.
Akhirnya, Tupai kembali pulang kerumah dengan menahan rasa malunya. Ia tidak lagi menyombongkan dirinya. Bahkan, ia malu untuk keluar dari rumahnya. Ia menyadari bahwa, kesombongannya tersebut sudah merugikan dirinya sendiri dan membuat ia tidak di senangi binatang-binatang lainnya.
Si Badak, Si Cacing Dan Si Kodok
Sudah berbulan-bulan lamanya musim kemarau panjang datang. sementara itu hujan belum menampakan tanda-tanda akan turun. Siapapun pasti akan tersiksa. terutama warga rawa. Lompatan Kodi Kodok jadi tak selincah biasanya. Cica si Cacing juga setengah mati menggali tanah. semua lesu, dan yang nampak paoing tersiksa adalah Bidi si Badak! karena kulitnya yang tebal harus direndam didalam air agar suhu tubuhnya tidak kepanasan.
Meskipun begitu, mereka tidak ada yang mengeluh. Karena semua sama-sama memahami, yang lain pasti sama tersiksanya. Sebagai pimpinan di rawa, Bidi Badak mengkhawatirkan nasib teman-temannya. Makanya, Bidi Badak mulai gelisah mencari kolam baru.
Tanpa sepengetahuan warga rawa lain, ia mennyusuri piinggiran hutan yang jauh dari rawa.
“Hai, kalian tahu dimana Bidi? Hari ini jadwalku makan kutu sekaligus membersihkan kulitnya.
”Tanya gelatik kepada Cica Cacing dan Kodi Kodok yang kebetulan tinggal tidak jauh dari kolam Bidi.
“Kwookkk! Aku tidak tahu,” Jawab Kodi Kodok.“Dari subuh Bidi sudah tidak ada di kolam”
“Hah? Dari subuh? Kira kira kemana ya?”
“Entahlah, tapi kalo di perhatikan, Belakangan ini di nampak gelisah.”
Jawab Cica Cacing. “Mungkin karen air rawa mulai menyusut. Sampai setengah lututnya Bidi pun tidak!”
“Wah jangan-jangan dia mencari rawa baru dan meninggalkan kita!”
“Ishhh.. Bidi itu pemimpin yang bertanggung jawab, tahu! Dia tidak mungkin meninggalkan kita begitu saja.”
“Bidiiiii!!!! Kamu dimana sih?” Semua warga rawa mulai sibuk mencarinya.
Menjelang malam Bidi baru nampak lagi di kolamnya. Langsung saja seluruh teman-temanya menanyakan.
“Maaf sudah membuat kalian semua kawatir, tadi aku mencari rawa yang lebih banyak airnya,” jawab Bidi.
“Kwookkk..kamu ga akan meninggalkan kamin ketempat barukan, Bidi?”Tnya Kodo Kodok kawatir.
“Tidak Kok, justru aku akan mencari rawa yang banyak airnya untuk kita semua.Tapi rasanya,tidak ada rawa yang lebih nyaman dari tempat kita.
“Cippp..Cippp..betul itu! Duh, kami kira kamu akan meninggalkan kami…”
“Ya ampun, aku tuh justru mengkhawatirkan kalian! Sudah lama rasanya aku tidak mmelihat Kodi melompat dan berenang riang, Cica Cacing juga tampak kepayahan menggali tanah.Ya kan ?”
“Ah, kau baik sekali sudah memikirkan kami.Tapi, kami juga yakin kulitmu juga butuh air, kan?‟ tanya temanya yang lain.
Bidi hanya tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-gigi gendutnya.
“Kemarau kali ini memang parah banget, kawan-kawan..”Tiba-tiba Gala Gajah muncul dari balik semak-semak. “Harusnya pertengahan bulan ini hujan sudah turun”
“Eh, bagai mana kalo kita tambah saja air rawa ini?” Usul Bidi spon-tan. “Tadi sewaktu jalan-jalan, aku sempat melewati air sungai di kaki bukit. Di sana, air masih mengalir meskipun tidak sederas biasanya.”
“Boleh juga idemu! Tapi, bagaimana cara membawa airnya, ya?” Caca Cacing membayangkan jaraknya. “Eh, Gala … belalaimukan panjang tuh. Bisa menyimpanair.
“Waduh, tapi kalau hanya Gala yang bawa air, kapan penuhnya?” ujar Kodi Kodok.
“Ya nggak dong! Kita kan mesti gotong royong!” kata Cica Cacing lagi.
“Tapi, badanku kecil, mana bisa bawa air banyak-banyak?” tanya Kodi lagi.
“Kita kerumah pak Beyu saja! Berang-berang yang tukang kayu itu!.
Dia kan suka menyimpan perkakas bekas! Siapa tahu dia punya panci, ember, atau apapun yang bisa menyimpan air.” pekik Joli Gelatik tiba-tiba.Teman-temanya pun setuju.
Dari rumah Pak Beyu, mereka di bekali beberapa panci bekas yang sudah di tambal, dan ember yang cukup besar untuk menampung air. Wah, Pak Beyu memeng pintar memperbaiki peralatan.
Rombongan warga rawa pun berbondong-bondong menuju kesungai di kaki bukit. Joli dan beberapa temanya menciduki air ke ember dengan dedaunan. perlahan tapi pasti, ember dan panci mulai penuh air. Gala menyedot air sebanyak mungki, kemmudian dia memikul panci yang di penuhi dengan air. Ember di punggung Bidi perlahan mulai penuh. Beberapa kali mereka bersama-sama bolak-balik mengangkut air antara sungai dan rawa hingga air cukup untuk beberapa waktu kedepan.
Setelah seharian penuh mengisi rawa, Bidi dan teman-temanya beristirahat dan menikmati hasil kerja sama mereka. Kodi melampat dan berenang sangat riang. Cica mulai menggali tanah dengan lebih mudah. Bidi berendam dengan santai sementara Joli bisa berkicau dengan riang karena bisa memakan kutu dikulit Bidi denagan tenang.
Semuanya bersuka cita, masalah air rawa bisa di tangani bersama dan kemarau bisa di lalui warga rawa dengan ceria.
Rawa Pening
Kisah ini bermula saat ada wanita bernama Endang Sawitri yang hamil dan melahirkan seekor naga. Anehnya, naga yang kemudian diberi nama Baru Klinting itu bisa berbicara layaknya manusia.
Beranjak remaja, Baru Klinting mulai menanyakan keberadaan ayahnya. Sang ibu pun mengatakan kalau ia sebenarnya anak dari Ki Hajar Salokantara yang sedang bertapa di sebuah gua. Endang juga memintanya untuk menemui sang ayah.
Dibekalinya Baru Klinting dengan klintingan (semacam lonceng) peninggalan Salokantara sebagai bukti kalau mereka memang ayah dan anak. Sesampainya di sana, Salokantara mengajukan satu persyaratan lagi sebagai bukti. Yakni agar Baru Klinting terbang melingkari Gunung Telomoyo.
Baru Klinting ternyata berhasil melakukan tugasnya. Salokantara pun mengakui kalau ia memang darah dagingnya. Lalu, Salokantara memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di dalam hutan.
Di saat bersamaan, penduduk Desa Pathok di sekitar hutan tersebut sedang berburu hewan untuk sedekah bumi. Tak menemukan satu hewan pun, akhirnya mereka membunuh dan memotong-motong tubuh Baru Klinting.
Saat pesta berlangsung, datanglah anak kecil dekil dan penuh luka yang sebenarnya merupakan jelmaan Baru Klinting. Ia mengaku kelaparan dan memohon agar diberi makan oleh penduduk setempat.
Sayangnya, mereka malah tak mengacuhkan dan mengusirnya dengan kasar. Baru Klinting yang sakit hati pun pergi ke rumah seorang janda tua yang ternyata mau memperlakukannya dengan baik, bahkan memberinya makan.
Usai makan, ia berpesan agar wanita itu menyiapkan lesung dan menaikinya jika terdengar suara gemuruh. Baru Klinting lalu kembali ke pesta. Ia mengadakan sayembara dan menantang para penduduk untuk mencabut lidi yang ditancapkannya ke tanah.
Sempat menganggap remeh, ternyata tak ada satu pun penduduk yang berhasil melakukannya. Setelah semua menyerah, dengan mudah Baru Klinting mencabut lidi tersebut.
Ternyata, dari bekas tancapan lidi tersebut muncul air yang semakin lama semakin deras alirannya. Para penduduk desa itu pun tewas tenggelam di rawa yang sekarang dikenal sebagai Rawa Pening. Hanya ada satu penduduk yang selamat, yakni si janda tua yang bersikap baik pada Baru Klinting.
Kerbau dan Sapi
Pada suatu masa, ada kerbau dan sapi yang bersahabat. Sapi berkulit hitam kecoklatan sementara kerbau berkulit putih. Pada suatu hari, datanglah pendatang baru di sebuah padang rumput, ia adalah banteng yang memiliki tanduk runcing. Ia terlihat sangat gagah dan membuat rapi betina kagum terhadapnya.
Kabar adanya banteng gagah tersebut tersebar dengan sangat cepat. Ia pun menjadi primadona. Sapi jantan yang warnanya hitam kecoklatan tak begitu peduli. Namun, si karbau justru merasa iri dan cemburu kepada banteng tersebut.
Ia berkata, “Apa sih hebatnya dia? Aku juga mempunyai tanduk yang besar dan runcing. Badan juga gagah. Cuma hanya berbeda warna kulit saja. Seandainya kulitku hitam aku pasti lebih gagah dibandingkan banteng itu”.
Ia pun memiliki ide untuk mengubah warna kulitnya. Ia pun mendatangi sapi yang tengah berendam di sungai. Ia pun merayu sapi agar ia mau bertukar kulit. Namun, sapi tetap enggan karena ia bersyukur dengan nikmat Tuhan.
Kerbau tetap saja membujuk sapi dan memohon atas nama persahabatan. Sapi pun akhirnya kasihan dan bersedia tukar warna kulit. Namun, sapi memberi syarat bahwa sesudah bertukar, kerbau harus bersyukur dengan apa yang dimiliki. Tanpa berfikir panjang, kerbau akhirnya menyanggupi.
Akhirnya mereka bertukar kulit, namun ternyata kulit si sapi terlalu kecil dan sempit untuk kerbau yang besar. Sehingga pakainnya terasa sesak. Sementara kulit kerbau yang dipakai oleh sapi kebesaran. Lantaran merasa kurang nyaman dengan kulitnya tersebut, kerbau kembali mengajak sapi bertukar. Namun, sapi tidak mau.
Akhirnya, kerbau merengek kepada sapi minta bertukar kulit dimanapun mereka bertemu. Namun, tetap saja sapi tidak mau bertukar. Akhirnya, sang kerbau menyesal karena sudah tidak mensyukuri apa yang ia dapatkan dari Tuhannya. Padahal itu adalah yang terbaik untuknya.
Demikian contoh cerita dongeng semoga bermanfaat dan dapat menghibur.
Referensi:
- haibunda.com
- popmama.com