BJ Habibie dikenal sebagai seorang inovator jenius dari Indonesia yang memiliki sumbangsih besar pada teknologi pesawat terbang dunia.

Salah satu kontribusi terbesarnya adalah pada teori crack progression.

Crack progression theory adalah teori yang digunakan untuk memprediksi titik mula retakan pada sayap pesawat terbang.

Pada teori ini, BJ Habibie berhasil melakukan perumusan yang sangat mendetail, sehingga perhitungannya dapat presisi sampai tingkat atom.

Ini adalah penemuan yang sangat besar di dunia penerbangan.

Sayap pesawat yang rapuh

Ketika kita melihat sayap suatu pesawat, sepintas sayap tersebut terlihat sangat mulus dan tak bercelah ketika dilihat dari luar.

Tapi, taukah kamu kalau bagian dalam dalam dari struktur sayap dan body pesawat ini berongga-rongga?

Struktur penyangga pesawat tersebut selalu manahan tekanan yang sangat besar dan terus-menerus/continious saat pesawat beroperasi, terutama ketika pesawat take off landing serta saat mengalami turbulensi.

Konstruksi bagian dalam sayap pesawat tertutup rapat dan bagian itu terus menahan beban yang cukup besar dan continue.

Masalah tersebut terus membayangi para user dan manufacturer di bidang penerbangan selama 40 tahun karena mereka tidak pernah tahu apakah terdapat kerusakan pada struktur dalam pesawat atau tidak.

Seperti manusia, material struktur dalam pesawat ternyata juga bisa “lelah”. Kelelahan material ini biasa disebut “fatigue”.

Kelelahan (fatigue) dari bahan ini masih sangat sulit dideteksi dengan keterbatasan alat pada zaman itu. Akibatnya, pada awal tahun 1960-an kecelakaan pesawat sangat sering terjadi.

Kejeniusan BJ Habibie Struktur Sayap Pesawat yang Berongga
Struktur Sayap Pesawat yang Berongga (Sumber: Gipsy Moth)

Kelelahan (fatigue) pada pesawat

Kelelahan (fatigue) pada pesawat biasanya terjadi pada bagian penghubung sayap dan body utama pesawat terbang atau pada penghubung sayap dan mesin. Kedua bagian tersebut terus-menerus mengalami guncangan dan getaran selama take off dan landing.

Nah, dari situlah awalnya timbulnya retakan (crack) akibat lelahnya (fatigue) material penghubung tersebut. Awal retakan ini biasanya berukuran sangat kecil, 0.005 millimeter dan terus merambat menjadi lebih besar dan bercabang. bila saja retakan ini tidak terdeteksi maka bahaya besar akan menanti. Sayap dari pesawat tersebut dapat tiba-tiba patah ketika take off.

Apalagi pesawat sudah mulai berubah dari sistem propeler menjadi sistem mesin jet pada masa itu.

Potensi untuk terjadinya fatigue failureini semakin besar. Pada saat itu para peneliti di seluruh dunia dalam keadaan deadlock, masalah ini begitu sulit diselesaikan.

Kejeniusan BJ Habibie Crack Propagation Theory
Crack Propagation Theory (sumber: code-aster)

Peran Penting Mr. Crack B.J. Habibie

Disaat seluruh dunia membutuhkan sebuah solusi mengenai masalah yang berkepanjangan ini, seorang penggagas jenius dari Indonesia muncul.

Pada saat itu dia masih berusia 32 tahun, seorang doktor dengan perawakan cilik tetapi sangat energetik. Dia adalah Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, seorang penggagas muda kelahiran Pare Pare Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936.

Kejeniusan BJ Habibie ini berhasil menemukan letak titik awal retakan atau crack propagation point. Perhitungan yang dilakukan beliau sangat detail, bahkan perhitungannya sampai tingkat atom.

Ini adalah penemuan yang sangat besar di dunia penerbangan.

Teori yang dikemukakan Pak Habibie ini disebut teori Crack Progression atau disebut dengan “theory of Habibie”.

Tidak kebayang kan?

Kita sering mendengar teori Newton dan teori Darwin, tetapi sangat jarang kita dengar ada teori dengan nama orang Indonesia.

Teori Habibie ini telah dipakai di Industri penerbangan di seluruh dunia. Teori ini jugalah yang telah berhasil meningkatkan standar keamanan pada pesawat. Tidak hanya mengurangi resiko kecelakaan, tetapi juga membuat proses perawatan lebih mudah dan murah.

Kejeniusan BJ Habibie
BJ Habibie Maestro dibidang Penerbangan (Sumber: Jauhari.net)

Teori Habibie dan Faktor Habibie

Sebelum teori Habibie ini ditemukan, letak retakan (crack) pada pesawat tidak bisa dideteksi lebih awal. Kemudian, para insinyur mengatasi kemungkinan terburuk suatu struktur konstruksi pada pesawat dengan meningkatkan safety factor (SF).

Bagaimana caranya meningkatkan safety factor?

Cara yang dipakai untuk meningkatkan safety factor ini adalah dengan meningkatkan kekuatan konstruksi yang dipakai jauh melebihi kebutuhan teorinya. 

Well, hal ini tentu saja akan membuat pesawat jauh lebih berat. Kalau pesawat lebih berat tentu saja akan lebih lambat, susah bermanuver, dan lebih banyak mengkonsumsi bahan bakar.

Wah, tentu akan sangat merepotkan. Dengan adanya teori Habibie ini, letak dan besar retakan (crack) dapat dihitung. Hal ini membuat para insinyur dapat mengurangi safety factor (SF) sehingga dapat memangkas bobot pesawat yang adalah faktor penting didalam dunia penerbangan.

Terobosan yang luar biasadi dunia penerbangan ini disebut dengan factor Habibie.

Dampak Faktor Habibie

Faktor Habibie ini berdampak besar bagi dunia penerbangan.

Dengan adanya factor Habibie ini berat pesawat bisa berkurang hingga 10%. Bahkan, berat pesawat bisa berkurang hingga 25% setelah material kompsit buatan pak Habibie digunakan.

Dengan begitu,  pesawat akan lebih mudah bermanuver, lebih mudah take off, menghemat bahan bakar dan mengurangi biaya pembuatan serta perawatan nya. Pokoknya dengan kata lain kemampuan pesawat meningkat sangat pesat dengan adanya teori ini.

Ternyata teori dari pak Habibie ini sangat luar biasa dan menjadi tolak ukur utama di dunia penerbang pada saat itu.

Tak heran, Pak Habibie sampai pernah menjadi vice president di salah satu industri penerbangan terbesar di Jerman yaitu Messerschmitt Boelkow Blohm GmbH (MBB). Perlu diketahui juga kalau beliaulah satu-satunya orang non-Jerman yang mampu menduduki posisi setinggi itu pada perusahaan tersebut.

Penutup

Bagaimana pendapatmu? Sudah banyak Inspirasi dari kejeniusan BJ Habibie presiden ke-3 kita ini?? Kalo bicara soal prestasi maka tidak akanlah cukup artikel ini untuk membahas semua penemuan dan penghargaan pak Habibie.

Contohnya saja Pak Habibie ini merupakan penggagas design dari pesawat prototype DO-31 yang kemudian pesawat tersebut dibeli NASA, hak paten beliau telah dipakai oleh perusahaan-perusahaan terkenal seperti Air Bus dan perusahaan roket lainnya, hingga beliau pernah meraih penghargaan Von Karman Award (1992).

Penghargaan Von Karman Award ini hampir setara dengan hadiah nobelloh. Diusianya yang sudah tua beliau tetap menjadi penggagas ulung dengan masih merancang pesawat R80 berbasis turboprop bersama anaknya ilham habibie dan sering menjadi pembicara di seantero Indonesia sebagai penggagas yang inspiratif.

Ok, mungkin cukup sekian artikel mengenai salah satu Penggagas jenius dari Indonesia. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi kita semua.

Sumber

Artikel ini ditulis oleh Fajar Budi Laksono di Penggagas.com
Referensi : Majalah Gatra Ed. Special, August 2004.