Kelihatannya memang sepele, tapi nyatanya banyak orang yang masih salah paham tentang apa itu api sebenarnya.
Ada yang mengira kalau api itu sejenis senyawa yang punya rumus molekulnya sendiri, ada pula yang mengira kalau api itu sebenarnya berwujud gas, dan kamu pun sepertinya punya perkiraan sendiri tentang wujud api yang sebenarnya.
Di sini akan kita diskusikan.
Pada zaman dahulu, api dianggap sebagai salah satu unsur penyusun setiap benda…
…seperti yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa setiap benda di alam ini tersusun dari air, tanah, air dan api.
Pendapat Aristoteles ini juga dipopulerkan oleh serial kartun Avatar The Legend of Aang, yang berisikan para pengendali keempat elemen tersebut.
Namun demikian, seiring berjalannya ilmu pengetahuan… akhirnya dipahami bahwa keempat elemen yang dibilang Aristoteles itu tidak ada yang benar-benar murni sebagai elemen penyusun benda.
Masing-masing ternyata tersusun dari elemen yang lebih kecil lagi.
Api ternyata tidak tersusun dari unsur apapun yang lebih kecil, karena ternyata api itu bukanlah suatu bentuk materi.
Api bukanlah materi, tapi wujud dari reaksi kimia cepat yang terjadi antara suatu benda dengan oksigen.
Reaksi kimia ini akan menghasilkan sejumlah energi dalam wujud panas dan cahaya–yang akhirnya kita lihat sebagai api.
Jadi, kalau dikategorikan antara materi atau energi… api lebih cocok masuk ke kategori energi, karena yang ia pancarkan adalah berupa energi.
Walaupun itu kurang tepat juga, karena lebih tepatnya api itu wujud dari reaksi kimia cepat dengan oksigen.
Tapi tidak semua reaksi dengan oksigen menghasilkan api.
Sebagaimana yang sudah disampaikan di atas, api itu dihasilkan pada reaksi kimia cepat dengan oksigen.
Kata kuncinya ada pada reaksi kimia cepat.
Kalau tidak cepat, reaksinya tidak memunculkan api. Tetapi yang muncul adalah reaksi oksidasi oksigen biasa yang biasanya muncul sebagai korosi (pengkaratan) atau yang lainnya.
Kendati kita berada di lingkungan yang penuh dengan oksigen… tetapi reaksi pembakaran tidak serta merta terjadi.
Hal ini terjadi karena reaksi pembakaran itu membutuhkan energi aktivasi.
Untuk memulai reaksi pembakaran, dibutuhkan sejumlah panas tertentu untuk melewati batas terjadinya reaksi.
Ilustrasinya seperti gambar di atas. Orang tsb harus mendorong batu ke atas bukit terlebih dahulu sebelum akhirnya batu itu meluncur dengan sendirinya setelah mencapai ambang titik tertinggi.
Karena itu, untuk membakar sebuah kertas, kita membutuhkan sulutan korek api terlebih dahulu.
Baru setelah kertas itu terbakar, reaksi pembakarannya akan menyebar ke seluruh bagian kertas.
Kalau dirangkum, maka untuk menghasilkan api, yang dibutuhkan ada tiga hal: oksigen, bahan bakar, dan panas.
Ketiga hal ini biasa disebut triangle of fire alias segitiga api.
Kalau saja satu dari tiga buah syarat tersebut tidak terpenuhi, maka api tidak akan terjadi.
Oleh karena itu, pemahaman akan segitiga api ini juga penting ketika kita hendak berusaha memadamkan api.
Caranya yaitu degan menghilangkan salah satu dari syarat tersebut. Entah menghilangkan oksigen, bahan bakar, atau panas.
Kita semua tahu air dapat memadamkan api. Tapi kenapa?
Singkatnya, ini berkaitan dengan segitiga api yang ada di atas.
Ketika air dihamburkan ke dalam api, air akan menyerap sebagian besar panas yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran. Oleh karena panas tersebut diserap oleh air, tidak ada cukup energi panas untuk melakukan aktivasi reaksi pembakaran.
Akhirnya api pun mati.
Demikian informasi terkait api ini. Semoga dapat menjawab apa yang selama ini mengganjal di pikiran kamu. Kalu ada yang mau ditanyakan, sampaikan aja ya!