Titrasi Asam Basa adalah penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam yang ingin diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan basa yang ingin diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi.
Konsep Titrasi
Titrasi adalah suatu prosedur yang digunakan dalam kimia untuk penentuan konsentrasi atau kadar suatu zat yang tidak diketahui dengan menggunakan zat yang telah diketahui kadarnya.
Konsep dari titrasi asam basa ini menerapkan konsep reaksi asam basa dimana ketika suatu asam dan basa dicampurkan atau direaksikan maka akan terjadi reaksi penetralan yang menghasilkan suatu garam dan air dengan pH yang netral.
Dalam penentuan suatu zat yang tidak diketahui kadarnya, pertama kita harus mengetahui sifat zat tersebut apakah asam atau basa yang dapat diketahui dengan mengukur pHnya.
Ketika zat tersebut telah diketahui, lalu dapat menentukan larutan apa yang akan digunakan untuk menitrasi zat tersebut apakah asam atau basa. Dalam titrasi, zat yang diuji atau sampel ditambah larutan yang telah diketahui kadarnya secara perlahan sehingga terjadi reaksi penetralan.
Ketika pH dalam larutan campuran tersebut netral menandakan bahwa semua zat sampel telah bereaksi dengan larutan yang digunakan untuk menitrasi. Cara mengetahui pH larutan yaitu dengan menggunakan pH meter, namun dalam titrasi cara yang paling umum adalah dengan menggunakan indikator.
Perubahan pH pada Titrasi Asam Basa
Ketika larutan basa sedang ditetesi dengan larutan asam, pH larutan pun akan turun, dan sebaliknya jika larutan asam sedang ditetesi dengan larutan basa, maka pH pun larutan akan naik.
Jika suatu pH larutan telah diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan basa atau asam tersebut yang sudah diteteskan, maka akan diperoleh suatu grafik yang bisa disebut kurva titrasi.
Pada kurva tersebut dapat disimpulkan bahwa:
- Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit
- Perubahan pH drastis terjadi sekitar titik ekivalen
- pH titik ekivalen = 7 (netral)
- Indikator yang dapat digunakan: metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein. Namun, yang lebih sering digunakan adalah fenolftalein karena perubahan warna fenolftalein yang lebih mudah diamati.
a. Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat
Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai berikut :
- Pertama kita lihat pH larutan naik sedikit demi sedikit.
- Perubahan pH drastis akan terjadi pada titik ekivalen.
- pH titik ekivalennya = 7 (netral).
- Indikator yang dapat digunakan yaitu : metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein.
- Namun, yang lebih sering digunakan yaitu fenolftalein karena pada perubahan warna fenolftalein yang lebih mudah diamati.
b. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
- Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9
- Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih kecil, hanya sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10
- Indikator yang digunakan: fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.
C. Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
- Titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6
- Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4
- Indikator yang digunakan: metil merah. Fenolftalein tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.
Rumus Titrasi Asam Basa
- Rumus Titrasi Asam Basa Manovalen/Divalen :
Ma . Va = Mb . Vb
- Rumus Titrasi Asam Divalen dengan Basa Manovalen :
2Ma . Va = Mb . Vb
- Rumus Titrasi Basa Divalen dengan Asam Manovalen :
Ma . Va = 2Mb . Vb
Penerapan Fungsi Titrasi Asam–Basa Pada Kehidupan Sehari-hari
Berbagai bahan sehari-hari yang kita temui melalui tahap penentuan kadar yang salah satunya menggunakan metode titrasi. Cuka yang sering digunakan untuk pelengkap makan merupakan salah satu contoh larutan asam dengan nama senyawa asam asetat.
Penentuan kadar asam asetat yang merupakan asam lemah dilakukan dengan titrasi menggunakan basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) atau basa lemah seperti natrium tetraborat (Na2[B4O5(OH)4]·8H2O) dengan indikator titrasi yang sesuai. Titrasi dilakukan pula pada berbagai produk yang sering kita temui, antara lain:
- Penentuan kadar asam fosfat (H3PO4) dalam pupuk
- Kadar asam hipoklorit (HClO) dalam pemutih pakaian
- Penentuan kadar asam benzoat (C6H5COOH) dalam desinfektan
- Penentuan kadar asam format (HCOOH) dalam formalin yang digunakan pada industri tekstil
Contoh Soal dan Pembahasannya
- Sebanyak 20 ml sampel mengandung NaOH dititrasi dengan HCl 0,1 M. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen yaitu sebanyak 18 ml. Berapakah konsentrasi NaOH dalam sampel tersebut?
Pembahasan:
VNaOH = 20 ml
VHCl = 18 ml
MHCl = 0,1 M
Jawab:
MHCl x VHCl = MNaOH x VNaOH
0,1 M x 18 ml = MNaOH x 20 ml
MNaOH = 0,1 M x 18 ml / 20 ml
= 0,09 M
2. Sebanyak 40 mL larutan asam sulfat 0,25 M dititrasi dengan suatu basa bervalensi satu, dan ternyata dibutuhkan 57 mL basa tersebut. Berapakah kemolaran basa yang digunakan tersebut?
Pembahasan:
Reaksi netralisasi terjadi antara asam sulfat H2SO4 (asam kuat bervalensi dua) dengan suatu basa bervalensi satu.
Nah, itulah pembahasan tentang Reaksi Asam Basa, mulai dari konsep kerjanya, rumus, fungsi dan contoh soal beserta pembahasannya. Semoga bermanfaat!
Referensi:
- studiobelajar.com
- rumuspintar.com
- rumus.co.id