Rumah adat NTB adalah Dalam Loka, yang berarti istana dunia dalam bahasa Sumbawa, yang berfugsi sebagai tempat tinggal raja.
Nusa Tenggara Barat identik dengan pulau Lombok sebagai destinasi wisata pantai. Padahal, di daerah ini kamu juga bisa melakukan wisata budaya. Seperti berkunjung ke rumah adat NTB.
Tidak hanya cantik berkat berbagai pulau kecilnya. NTB juga memiliki beragam keunikan budaya yang sarat makna dan filosofi. Hal ini tampak dari berbagai desain rumah adat sebagai bangunan tradisional NTB. Yuk, kita kenali lebih dekat lagi rumah adat NTB ini!
Rumah Adat NTB Dalam Loka
Rumah adat yang paling terkenal di NTB adalah Dalam Loka, yang berarti istana dunia dalam bahasa Sumbawa.
Dalam Loka dibangun pertama kali pada masa pemerintahan kerajaan Sumbawa. Fungsinya adalah sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal para raja.
Uniknya, Dalam Loka berdiri dengan ditopang oleh 99 tiang, jumlah yang sama dengan Asmaul Husna. Menurut beberapa sumber, hal ini memang sengaja dilakukan agar rumah berdiri dengan kuat.
Selain itu Sumbawa memang dikenal sebagai daerah yang erat memegang syariat islam sehingga aspek budayanya ikut terpengaruh.
Penopang ini terbagi menjadi dua bagian yang disebut dengan bala rea atau graha besar.untuk pembagian ruangannya sendiri adalah sebagai berikut:
- Ruang Dalam di sisi timur, berisi empat kamar untuk putri dan putra raja yang sudah menikah
- Ruang Dalam di sisi barat, berfungsi sebagai tempat shalat dan ibadah
- Ruang Dalam di sisi utara, digunakan untuk ruang tidur dayang dan permaisuri
- Lunyuk Agung di bagian depan bangunan, berfungsi sebagai tempat musyawarah, pertemuan dan resepsi
- Lunyuk Mas di sebelah Lunyuk Agung, khusus untuk istri menteri, permaisuri, dan tempat staff ketika upacara adat
- Ruang Sidang di belakang bala rea, sebagai tempat tidur dayang dan berlangsungnya sidang saat siang
- Bala Bulo, menjadi area keluarga atau tempat bermain anak raja
- Di area luar Dalam Loka terdapat lonceng istana, gapura, rumah jama dan kebun.
Rumah Adat Bale Bonder
Jika di Sumbawa kamu bisa melihat adat Dalam Loka, maka di daerah Lombok kamu akan melihat beragam Bale. Bale merupakan bangunan adat suku Sasak dan dibangun dengan beratpkan jerami atau ilalang.
Pertama ada Bale Bonder, yakni bangunan berbentuk segi empat ditopang oleh 9-18 tiang. Dinding Bale Bonder dibangun dengan menggunakan bambu yang dianyam dan atapnya tampak seperti kopiah hitam.
Fungsi utamanya adalah sebagai hunian pejabat desa atau dusun, oleh sebab itu posisi bangunan biasanya berada di tengah pemukiman. Tak hanya itu, di Bale Bonder biasanya berlangsung pengadilan yang berkaitan dengan pelanggaran hukum adat.
Rumah Adat Bale Lumbung
Rumah adat NTB berikutnya adalah Bale Lumbung. Bentuk bangunan ini sangat unik, berupa rumah panggung dengan ujung atap yang melebar dan runcing. Jarak atap ke tanah hanya sekitar 1,5-2 meter dengan diameter 1,5-3 meter.
Sebagaimana namanya, bangunan ini berfungsi sebagai lumbung atau ruang penyimpanan hasil panen. Inilah yang membuat masyarakat membangun Bale Lumbung dengan konsep rumah panggung. Agar hasil panen yang disimpan tidak rusak oleh banjir maupun hama tikus.
Rumah Adat NTB Bale Jajar
Untuk masyarakat dengan kelas ekonomi ke atas, mereka tinggal di bangunan bernama Bale Jajar. Di Bale Jajar kamu bisa menemukan dua ruang dalem bale, sesangkok (serambi), dan sambi. Sambi merupakan istilah yang digunakan untuk area penyimpanan bahan makanan dan barang keperluan rumah tangga.
Seperti kebanyakan rumah adat NTB laainnya, atap Bale Jajar pun dibangun dengan menggunakan jerami. Biasanya di area depan Bale Jajar ada sekepat dan di bagian belakang ada sekenam.
Berugaq Sekepat
Masyarakat Sasak tidak mau menerima sembarangan orang masuk ke dalam rumah. Oleh sebab itu mereka membuat saung atau Berugaq Sekepat yang berdiri terpisah dari rumah tinggal.
Berugaq Sekepat memiliki empat tiang sebagai pondasi dan dibuat dengan konsep panggung. Jarak lantai ke tanah adalah sekitar 40-50 cm. di sini biasanya penghuni menerima tamu atau orang asing.
Berugaq Sekenam
Berbeda dengan Sekepat. Berugaq Sekenam biasanya dibangun di belakang rumah. Bentuknya mirip, hanya saja ada enam tiang yang digunakan sebagai pondasi bangunan. Area ini biasa digunakan sebagai tempat berkumpul keluarga dan melangsungkan kegiatan belajar mengajar.
Rumah Adat Bale Tani
Kemudian yang terakhir rumah adat Bale Tani. Bangunan ini biasanya dihuni oleh masyarakat Sasak yang bekerja sebagai petani.
Berbeda dengan bangunan lainnya, Bale Tani dibuat menempel dengan tanah. Lantainya dibangun dengan menggunakan tanah liat, batu bata, abu jerami, getah pohon, dan kotoran atau kerbau yang sudah dibakar.
Ruang di dalamnya terbagi menjadi sesangkok, dalem bale atau kamar untuk anggota keluarga perempuan, dan pawon atau dapur.
Referensi
- 99.co