Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata ‘rematik’?

Sebagian besar orang mengidentikkan rematik dengan pegal-pegal dan sakit pada sendi. Banyak juga yang menganggap bahwa rematik dapat dicetuskan oleh mandi pada kondisi dingin. Akan tetapi sebenarnya rematik tidak sesederhana itu.

Berasal dari bahasa Yunani, kata ‘rheuma’ yang merupakan dasar kata dari rematik memiliki arti “aliran” [1,3]. Dalam dokumen-dokumen kedokteran kuno, kata ‘rheuma’ dipakai untuk menggambarkan cairan yang keluar dari tubuh.

Pada abad ke-17, kata ‘rheumatismos’ diterapkan untuk menyebut kondisi penyakit yang melibatkan persendian, dengan anggapan saat itu bahwa bentuk-bentuk peradangan pada sendi kebanyakan ditandai dengan adanya efusi atau bocornya cairan ke celah persendian. Sementara itu, oleh orang awam istilah tersebut seringkali digunakan untuk menyebut kondisi kaku dan nyeri sendi apapun [1].

Dalam bahasa kedokteran, rheumatisme mengacu pada kondisi-kondisi yang melibatkan persendian, tulang, tulang lunak, urat atau jaringan ikat, dan otot. Kata ‘rematik’ diturunkan dari kata rheumatisme yang apabila digunakan untuk menggambarkan kondisi penyakit dapat diartikan sebagai penyakit muskuloskeletal (muskulo = otot, skeletal = tulang).

Penyakit rematik memiliki ciri berupa nyeri dan berkurangnya gerakan serta fungsi pada satu atau lebih area dalam sistem muskuloskeletal; pada beberapa penyakit spesifik, ditandai dengan bengkak, kemerahan, dan hangat yang merupakan tanda-tanda peradangan [2]. Perlu diperhatikan bahwa otot dan jaringan ikat juga menyusun beberapa organ dalam sehingga penyakit rematik tidak melulu harus menyerang sendi tetapi juga dapat menyerang organ dalam seperti jantung, pembuluh darah, dan ginjal.

Memang tidak salah apabila menyebut penyakit sendi dengan istilah rematik. Hanya saja, penyakit sendi yang kebanyakan ditandai dengan peradangan sehingga disebut sebagai arthritis (arthro = sendi, itis = peradangan) sebenarnya merupakan bagian dari penyakit rematik [2]. Penyakit rematik memayungi lebih dari 100 jenis penyakit yang berbeda [3] dan bervariasi dari arthritis, osteoporosis (pengeroposan tulang), hingga penyakit jaringan ikat sistemik yang melibatkan seluruh tubuh [2].

Penyakit rematik yang banyak dikenal orang meliputi arthritis gout (peradangan sendi akibat timbunan asam urat), osteoarthritis (kerusakan sendi akibat menipisnya bantalan sendi), rheumatoid arthritis (peradangan sendi karena diserang oleh sistem imun tubuh), demam rematik (penyakit yang menyerang berbagai organ dari sendi, jantung, hingga sistem saraf dikarenakan sistem imun tubuh salah mengartikan organ sebagai racun bakteri), dan lupus (penyakit yang melibatkan berbagai organ karena diserang oleh sistem imun tubuh) [3]. Semua penyakit tersebut memang memiliki gejala berupa nyeri sendi, tetapi beberapa penyakit sebenarnya lebih serius karena melibatkan organ-organ lain yang lebih vital selain persendian.

Selama ini sepertinya pengetahuan orang mengenai rematik masih terbatas pada asam urat, osteoarthritis, dan rheumatoid arthritis. Sebagai contoh, nyeri dan kaku sendi pada pagi hari disebut rematik, pun nyeri sendi setelah mandi pada malam hari atau suhu dingin. Nyeri dan kaku sendi pada pagi hari dapat terjadi pada osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Yang membedakan adalah pada rheumatoid arthritis, nyeri dan kaku sendi berlangsung lebih lama, biasanya >1 jam dan mengenai 3 sendi atau lebih [4] sementara pada osteoarthritis nyeri dan kaku sendi biasanya <30 menit dan paling sering melibatkan lutut sehingga seringkali nyeri dirasakan memberat saat berjalan [5].

Nyeri sendi yang muncul setelah mandi pada malam hari atau suhu dingin mungkin mengacu pada arthritis gout atau peradangan sendi oleh asam urat. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Asam urat adalah suatu produk sampingan pengolahan sumber energi oleh tubuh yang memiliki kelarutan rendah dalam air. Itu berarti asam urat mudah mengendap, apalagi ketika suhu dingin [6]. Sederhana saja, gula akan lebih sulit larut dalam minuman dingin bukan? Karena suhu adalah salah satu faktor yang memengaruhi kelarutan. Seringkali, asam urat memilih ginjal atau sendi sebagai tempatnya mengendap. Mengapa di ginjal adalah karena ginjal merupakan mesin penyaring yang bertugas untuk membuang asam urat keluar tubuh melalui urin. Lalu mengapa di sendi? Eits, tunggu dulu, sebenarnya lebih tepat jika pertanyaannya adalah ‘mengapa di sendi kaki terutama ibu jari?’ karena arthritis gout memang lebih banyak mengenai sendi-sendi kaki terutama ibu jari dibandingkan sendi-sendi lainnya. Hal tersebut terjadi karena prinsip sederhana, yaitu gravitasi.

Ketiga penyakit sendi yang dibahas di atas tidak sepele lho. Osteoarthritis yang biasanya banyak dialami oleh orang-orang dengan berat badan berlebih dapat menyebabkan kerusakan sendi yang parah sehingga terjadi perubahan bentuk sendi hingga penyatuan sendi. Hal tersebut dapat menyebabkan nyeri yang lebih hebat dan tentu saja mengganggu aktivitas sehari-hari; lutut sulit digerakkan, harus menggunakan kursi roda, bentuk tungkai menjadi seperti huruf ‘O’.

Rheumatoid arthritis, karena sifatnya adalah autoimun (penyakit sistem imun yang menyerang bagian tubuh sendiri), menyerang tidak hanya sendi meskipun ia bernama arthritis. Rheumatoid arthritis dapat juga menyerang kulit, mata, paru-paru, jantung, ginjal, saluran pencernaan, hingga sistem saraf [4]. Selain itu, rheumatoid arthritis yang berlangsung dalam jangka waktu lama apalagi jika tidak dikontrol dengan obat-obatan yang sesuai dapat menurunkan fungsi sehari-hari, mengurangi waktu produktif karena harus rutin kontrol ke dokter, dan membatasi kegiatan.

Arthritis gout berkaitan dengan gagal ginjal secara tidak langsung, yaitu melalui pengendapan asam urat di ginjal dalam bentuk batu. Batu ginjal yang membesar dapat mengganggu kerja ginjal untuk mengeluarkan urin sehingga berdampak pada kerusakan ginjal.

Beberapa penyakit rematik lainnya seperti demam rematik dan lupus juga tidak kalah serius. Demam rematik dapat menyebabkan kerusakan katup jantung sehingga memerlukan pengobatan hingga seumur hidup untuk mengurangi beban jantung. Sementara itu, lupus memiliki angka kematian yang cukup tinggi karena seringkali terjadi peradangan ginjal yang berujung kematian akibat gagal ginjal. Selain itu, gangguan pada pembentukan darah juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada lupus.

Nah sekarang sudah tahu kan bahwa penyakit rematik itu bukan sekadar nyeri sendi dan tidak boleh disepelekan. Memeriksakan diri ke ahlinya, yaitu dalam hal ini dokter, adalah tindakan yang tepat untuk dilakukan demi menghindari komplikasi akibat keterlambatan. Lebih tenang kalau memang setelah diperiksakan ternyata tidak serius daripada dianggap sepele ternyata membahayakan, bukan?

 

Referensi:

[1] Haubrich, WS, 2003, Medical Meanings: A Glossary of Word Origins, 2 ed, American College of Physicians, Philadelphia.

[2] EULAR, 10 things you should know about rheumatic diseases [Diakses dari https://www.eular.org/myUploadData/files/10%20things%20on%20RD.pdf pada 5 Juli 2018].

[3] Joshi, VR, Rheumatology, past, present and future, JAPI 2012; 60:21̶24.

[4] Wasserman, AM, Diagnosis and management of rheumatoid arthritis, American Family Physician 2011; 84(11):1245̶1252.

[5] Salehi-Abari, I, 2016 ACR revised criteria for early diagnosis of knee osteoarthritis, Autoimmune Dis Ther Approaches 2016; 3:1.

[6] Neogi, T, Chen, C, Niu, J, Chaisson, C, Hunter, DJ, Choi, H, Zhang, Y, Relation of temperature and humidity to the risk of recurrent gout attacks, American Journal of Epidemiology 2014;180(4):372-377.