Sebentar lagi kita akan menghadapi Pilkada serentak, lalu tak lama lagi kita akan berjumpa dengan Pemilu tahun 2019.

Seiring dengan hal ini, kita akan sering melihat hasil-hasil survei berisi tingkat elektabilitas pasangan calon pemimpin daerah. Tapi, sebagaimana yang sering kita lihat, tiap lembaga survei memberikan hasil yang berbeda.

Ini adalah penggalan hasil survei dari pasangan calon pemimpin DKI Jakarta beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh tiga lembaga. Objek yang diteliti hanya satu, tapi hasilnya jelas sekali berbeda-beda.

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)

Ahok-Djarot 46,9 persen dan Anis-Sandi 47,9 persen.

Metode penelitian menggunakan stratified systematic random sampling dengan margin of error 4,7 persen. Dari 800 orang, hanya 446 responden yang bisa diwawancara.

Charta Politika

Ahok-Djarot 47,3 persen dan Anies-Sandi 44,8 persen.

Survei dilakukan terhadap 782 responden di seluruh wilayah DKI Jakarta dan menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI)

Ahok-Djarot 42,7 persen dan Anies-Sandi 51,4 persen.

Responden sebanyak 440 orang dengan metode multistage random sampling dan margin of error kurang lebih 4,8 persen.

 

Tentu saja bukan hanya sekali ini hasil survei dari berbagai lembaga survei berbeda. Sejalan dengan pemilihan umum yang terus berjalan, tiap-tiap lembaga survei akan terus berlomba menampilkan hasil survei mereka–yang berbeda-beda.

Lalu kalau hasilnya berbeda-beda, mana yang bisa dipercaya?

 

Kenapa Survei

Kita selalu memilki keterbatasan dalam memahami informasi lengkap tentang populasi. Semakin besar jumlah anggota populasi, semakin sulit mengetahui nilai pasti informasinya.

Maka dari itu kita mendekatinya dengan berbagai cara, dan survei adalah cara yang paling mudah.

Survei adalah metode untuk mengumpulkan informasi dari kelompok yang mewakili sebuah populasi. Tujuan penelitian survei adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi.

Tapi yang perlu diingat, gambaran mengenai parameter populasi yang diperoleh berdasarkan survei pada prinsipnya hanyalah estimasi atau perkiraan.

Maka dari itu, jangan asal membaca hasil survei berdasarkan angkanya saja. Tapi perhatikan karakteristik teknis tambahan yang disajikan bersama hasil survei itu.

 

Margin of Error

Margin of error menggambarkan tingkat ketidakpastian hasil survei, dan berkaitan erat dengan jumlah sampel survei terhadap jumlah total populasi.

Semakin besar persentase margin of error maka semakin jauh suatu sampel tersebut dapat mewakili populasinya. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil margin of error, maka semakin dekat suatu sampel dalam mewakili populasi sesungguhnya.

Misalkan hasil survei menyampaikan informasi A memiliki presentase 50% dengan margin of error 5%, ini artinya informasi A memiliki rentang nilai antara 45% sampai 55%.

Dengan mengambil contoh hasil survei SMRC di awal, tidak tepat jika dikatakan bahwa Anis (47,9) lebih unggul dibanding Ahok (46,9) karena margin of errornya sebesar 4,7 persen. Itu artinya presentase Anis berada pada rentang 43,2 – 52,6 persen sementara Ahok berada pada rentang 42,2 – 51,6.

Begitu pula hasil yang ditunjukkan oleh hasil survei Charta Politica dan LSI tidak menunjukkan bahwa ada yang unggul antara Anis dan Ahok karena nilai persentase + margin of error antara keduanya masih bersinggungan.

Sederhananya, margin of error dihitung dengan menggunakan persamaan
[latex]M=z \times s / \sqrt{n}[/latex]

Dengan z adalah konstanta tingkat kepercayaan, s adalah simpangan baku, dan n adalah ukuran sampel.

Dari contoh perhitungan sederhana ini terlihat bagaimana semakin besar sampel margin of errornya semakin kecil.

 

Metode Pengambilan Data

Ada berbagai macam metode pengambilan data yang digunakan dalam survei. Yang paling sering digunakan antara lain stratified systematic random sampling dan multistage random sampling.

Stratified systematic random sampling mengelompokkan populasi terlebih dahulu menjadi sub-sub populasi dengan kriteria yang sama. Setelah itu diambil sampel secara acak sesuai ukuran sampel, lalu dilanjutkan secara sistematis menurut suatu pola tertentu.

Multistage random sampling melakukan pengambilan sampel secara bertingkat. Misalnya, survei tahap pertama diambil dari tingkat kotamadya. Lalu pada tahap selanjutnya, sampel diambil dari tingkat kecamatan. Begitu seterusnya hingga tingkat terkecil dan jumlah sampel telah terpenuhi.

Teknik pengambilan sampel yang berbeda ini akan memberikan analisis hasil riset yang berbeda pula, karena karakteristik metode yang digunakan berbeda dan bias jika dibandingkan satu sama lain.

 

Penyebab Kesalahan Survei Lain

Selain hal yang berkaitan dengan sampel dan metode pengambilan data, ada hal lain yang dapat mengakibatkan kekeliruan pada hasil survei.

Non-sampling error merupakan error yang terjadi di luar akibat penggunaan sampel, melainkan terjadi saat proses pelaksanaan survei.

Jika pada suatu survei non sampling error terjadi sangat besar walaupun sampling error/margin error yang ditetapkan kecil, ya tetap saja percuma, hasil yang diperoleh menjadi tidak akurat.

Beberapa jenis non-sampling error diantaranya adalah

  • Responden tidak merespon saat disurvei
  • Responden memberikan respon yang salah
  • Responden yang terpilih bukanlah individu yang sesuai dengan tujuan survei
  • Pewawancara tidak jujur dalam mengisi kuisioner
  • Human error, kesalahan input kuisioner

 

Hasil Survei untuk Menggiring Opini

Saat ini media massa memiliki andil besar dalam membangun opini publik. Oleh karena itu, banyak yang berusaha memanfaatkannya.

Salah satu alat yang digunakan adalah hasil survei, karena hasil survei merupakan hasil penelitian sehingga dianggap publik sebagai informasi faktual dan terpercaya.

Lembaga survei yang tidak independen dan memiliki kepentingan tertentu dapat bermain-main dalam mengambil sampel yang menguntungkan mereka, memilih sampel survei sehingga memberikan hasil positif.

Dan ya, fenomena seperti ini akan lebih sering terjadi ketika memasuki masa kampanye pemilihan umum.

 

Kesimpulan

Setidaknya ini hal yang perlu kamu lakukan setiap kali bertemu dengan hasil survei.

1. Harus Skeptis Terhadap Hasil Survei

Kamu tidak seharusnya asal percaya dengan hasil survei, karena parameter populasi yang diperoleh berdasarkan survei pada prinsipnya hanyalah estimasi atau perkiraan.

2. Telaah lebih jauh

Hasil survei hanya akan bernilai jika teknis pengambilannya jelas, bagaimana metode pengambilan data sampelnya dan berapa margin of error nya.

Tanpanya, angka-angka itu tidak banyak artinya dan sebaiknya kamu harus bersikap skeptis terhadap hasil survei itu. Bisa jadi pengambilan sampel tidak merata dan margin of error nya kelewat besar sehingga tak layak digunakan untuk mengambil kesimpulan.

 

Referensi