Pastinya kalian sering kan melihat iklan susu di televisi yang sering menyebutkan 1000 hari pertama?
Para ibu-ibu muda, apalagi baru memiliki anak pertama, sangat perlu tahu nih tentang 1000 hari pertama yang krusial untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu yang penting untuk diperhatikan dalam 1000 hari pertama adalah penyediaan nutrisi yang memadai sehingga anak tidak mengalami stunting (perawakan pendek yang tidak seharusnya terjadi) dan hambatan perkembangan.
Selama 6 bulan pertama setelah lahir, gizi dan mineral yang dibutuhkan bayi sudah dapat terpenuhi dari air susu ibu (ASI).
Tidak hanya gizi, ASI juga menyediakan kekebalan bagi bayi karena mengandung imunoglobulin, yaitu protein yang mampu menghalau kuman, dan enzim yang dapat merusak komponen kuman. Oleh karenanya, ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi. Sayangnya, menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2010, hanya 15,3% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Dibandingkan dengan susu formula, penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Selain itu, risiko terjadinya enterokolitis nekrotikans juga lebih rendah pada bayi yang menerima ASI eksklusif. Enterokolitis nekrotikans adalah suatu kondisi peradangan pada usus yang biasanya disebabkan oleh ketidaksiapan usus bayi untuk menerima kandungan makanan tertentu. Biasanya enterokolitis nekrotikans ini dialami oleh bayi prematur yang menerima susu formula, meskipun juga dapat terjadi pada yang menerima ASI. Enterokolitis nekrotikans memiliki dampak yang buruk bagi bayi karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bahkan hingga kematian akibat infeksi oleh bakteri usus di peredaran darah.
Apabila bayi ternyata tidak mengalami pertumbuhan yang cukup ketika mendapatkan ASI eksklusif, bukan berarti gizi yang terkandung dalam ASI kurang. Permasalahan yang sering terjadi adalah pemberian ASI yang belum benar. ASI diberikan saat bayi menunjukkan tanda awal bahwa dia lapar, meliputi bayi membuka mulut, mencari sumber ASI, dan memasukkan tangannya ke mulut. Menangis bukanlah tanda awal bahwa bayi lapar. Kebanyakan ibu baru memberikan ASI ketika bayi sudah menangis. Yang tepat dilakukan ketika bayi sudah terlanjur menangis karena lapar adalah tidak langsung memberikan ASI tetapi menenangkannya terlebih dahulu hingga bayi kembali menunjukkan tanda awal bahwa dia lapar. Saat itulah ASI sebaiknya segera diberikan. Tindakan tersebut salah satunya bertujuan agar bayi tidak tersedak saat minum dalam keadaan belum tenang.
Selain waktu pemberian yang kurang tepat, cara pemberian juga berpengaruh terhadap kecukupan ASI yang diperoleh oleh bayi. Saat menyusui, banyak ibu yang tidak memperhatikan posisi sehingga bayi tidak selalu mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup dalam sekali menyusu. Perlekatan ibu dan bayi harus benar serta bayi perlu mengisap secara efektif yang ditunjukkan dengan isapan kuat, perlahan, dan dalam dengan jeda yang cukup di antara isapan.
Durasi pemberian ASI yang cukup adalah berkisar 10‒30 menit. Bayi yang mendapatkan ASI cukup berkemih 6‒8 kali sehari. Berat badan bayi akan naik apabila mendapatkan ASI dalam jumlah cukup. Meskipun demikian, terdapat suatu proses yang normal terjadi pada bayi berupa penurunan berat badan pada minggu pertama ketika bayi mulai beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim. Selama penurunan berat badan bayi pada minggu pertama tidak melampaui 7% dari berat badan lahir dan bayi kembali mencapai berat badan lahir pada usia 2 minggu, itu berarti bayi tidak mengalami masalah dalam menyusu.
Kebanyakan bayi sudah mampu duduk dengan kepala tegak, memiliki koordinasi mata, tangan, dan mulut untuk menerima makanan, serta mampu menelan makanan padat pada usia 4‒6 bulan. Rekomendasi dari European Society for Pediatric Gastrohepatology and Nutrition (ESPGHAN) memperbolehkan bayi untuk menerima makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia 17 minggu atau 4 bulan. Akan tetapi, ternyata di negara berkembang seperti Indonesia, kualitas MPASI kurang dan higiene buruk sehingga pemberian MPASI secara dini justru menyebabkan pertumbuhan yang tidak memadai, bahkan sampai terjadi penurunan berat badan. World Health Organization (WHO) kemudian melakukan telaah dan mendapatkan bahwa pemberian ASI eksklusif (tanpa MPASI) selama 6 bulan tidak menyebabkan kemunduran pertumbuhan. Oleh karenanya, WHO kemudian menganjurkan untuk memberikan MPASI pada saat bayi genap 6 bulan, tetapi tidak lebih dari itu karena pada usia >6 bulan ASI saja sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi dan mineral bayi.
Jumlah energi yang perlu dicukupi dari ASI dan MPASI menurut usia
WHO menetapkan 4 syarat pemberian MPASI.
Yang pertama adalah tepat waktu; MPASI harus diberikan saat kebutuhan bayi sudah tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja. Makanan padat perlu dikenalkan pada usia 6‒9 bulan untuk mengurangi risiko terjadinya masalah makan pada usia batita. Selain itu, menunda pemberian makanan padat juga ternyata justru berkaitan dengan munculnya gejala alergi pada usia 5 tahun. Konsistensi MPASI dimulai dari makanan lumat seperti bubur halus pada usia 6 bulan, dilanjutkan dengan makanan keluarga dengan tekstur lembik seperti nasi tim pada usia 12 bulan. Selanjutnya, setelah usia 1 tahun, anak dapat mulai makan makanan yang dimakan oleh anggota keluarga lainnya.
Yang kedua adalah kandungan energi, gizi, dan mineral dalam MPASI mampu memenuhi kebutuhan bayi sesuai usia. Syarat kedua ini dapat dipenuhi dengan menggunakan makanan fortifikasi sesuai usia bayi seperti bubur bayi yang dijual di pasaran apabila penyediaan secara mandiri sulit dilakukan.
Komponen gizi yang dapat disediakan oleh MPASI fortifikasi
Yang ketiga adalah aman; MPASI disiapkan dan diolah secara bersih, bebas nitrat (karena berkaitan dengan gangguan pengikatan oksigen oleh darah), serta garam dan gula dalam jumlah yang cukup dan dibatasi.
Syarat terakhir adalah cara pemberian MPASI yang benar. Cara pemberian yang benar meliputi penerapan jadwal makan, makan tanpa distraksi dan paksaan, kombinasi jenis makanan, dan pemanfaatan waktu makan untuk mempererat hubungan dengan bayi.
Nah, setelah tahu bagaimana seharusnya ASI dan MPASI diberikan, tidak boleh lupa juga untuk tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan. Dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), pertumbuhan bayi perlu dipantau setiap bulan hingga usia 12 bulan. Selanjutnya, anak diperiksa tinggi dan berat badan setiap 3 bulan hingga usia 3 tahun. Perkembangan dapat diperiksa dengan mengamati kemampuan bayi atau anak dalam merespons interaksi sosial yang diberikan, sikap dan perilaku termasuk bagaimana bayi atau anak bermain, serta kemampuan dalam mengekspresikan bahasa verbal maupun non verbal.
Tulisan ini adalah kiriman dari penulis. Kamu juga bisa membuat tulisanmu sendiri di Saintif dengan bergabung di Saintif Community
Referensi:
[1] Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015, Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi, Jakarta.
[2] Admin Zonamama, 2017, Tahap Kenaikan Tekstur MPASI Bayi Berdasarkan Usia, [Diakses dari https://zonamama.com/tahap-kenaikan-tekstur-mpasi-bayi-berdasarkan-usia/ pada 16 Juli 2018].
[3] Anonim, Apa itu Enterokolitis Nekrotikans: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Mengobati, [Diakses dari https://www.docdoc.com/id/info/condition/necrotizing-enterocolitis/ pada 16 Juli 2018].
[4] Wirahmadi, A, 2017, Apakah Makanan Pendamping ASI (MPASI) Komersial Berbahaya Buat Bayi? [Diakses dari http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/apakah-makanan-pendamping-asi-mpasi-komersil-berbahaya-buat-bayi pada 16 Juli 2018].