Tanggal 31 Januari 2018 besok akan terjadi peristiwa gerhana bulan total.
Dan seluruh titik di Indonesia berkesempatan untuk mengamati gerhana ini.
Semua pasti sudah tahu, kalau gerhana bulan terjadi karena bumi menghalangi bulan dari cahaya matahari.
Tapi, apakah kamu sudah tahu, bagaimana perhitungan gerhana dilakukan?
Di sini kita akan melihat perhitungan lengkap dan simulasi untuk kasus gerhana bulan 31 Januari besok, meliputi: Siklus Saros, Algoritma Jean Meeus, dan Simulasi Stellarium
Siklus Saros
Sebagaimana peristiwa siang-malam yang bersifat periodik, gerhana pun terjadi secara periodik.
Gerhana matahari dan bulan memiliki pola keteraturan setiap 223 bulan sinodik atau setara dengan 18 tahun, 10/11 hari, dan 8 jam.
Pola ini disebut siklus Saros. Dinamai demikian oleh astronom Edmund Halley pada tahun 1886 ketika menyadari bahwa pola ini telah diketahui sejak zaman Babilonia dulu.
Ketika dua gerhana dipisahkan oleh periode satu Saros, mereka memiliki geometri yang sangat mirip, hanya saja kejadian gerhananya bergeser sebesar 120 derajat bujur bumi.
Siklus Saros mengelompokkan gerhana dalam serial yang berlangsung selama 12 sampai 13 abad.
Setiap seri dimulai dengan gerhana parsial di dekat kutub, dan selanjutnya berlanjut secara perlahan ke kutub lain sampai bayangan gerhana berakhir–lalu dimulai lah siklus Saros lain dengan karakteristik gerhana yang baru.
Gerhana pada tanggal 31 Januari 2018 mengikuti pola siklus Saros 124 yang dimulai pada 17 Agustus 1152 dan akan berakhir pada 21 Oktober 2450.
Walaupun siklus Saros sudah efektif untuk memprediksi kapan terjadinya gerhana lanjutan, siklus Saros tidak bisa menghitung waktu dan jalur gerhana secara akurat.
Maka dari itu dibutuhkan analisis perhitungan gerhana lanjutan sebagaimana yang terlihat dalam katalog di atas mulai dari kolom TD of Greatest Eclipse sampai phase duration yang tak bisa didapatkan hanya berdasarkan siklus Saros.
Perhitungan Gerhana dengan Algoritma Jean Meeus
Salah satu metode perhitungan gerhana yang mudah adalah menggunakan algoritma Jean Meeus, yang dapat memberikan hasil dengan tingkat akurasi sedang tanpa perlu terlalu banyak perhitungan.
Prosesnya cukup panjang sebenarnya, tapi ini hanya hitungan rumus gerhana matematis, jadi mudah untuk diselesaikan—walaupun sulit untuk dipahami.
Singkatnya, algoritma Jean Meeus ini bekerja dengan menyederhanakan algoritma VSOP (Variations Séculaires des Orbites Planétaires) yang didasarkan pada pergerakan planet-planet mengelilingi Matahari.
Berikut ini algoritma Jean Meeus untuk menghitung gerhana bulan:
(c) Yulia Triwahyuni, Gunadarma University
Detil perhitungan manualnya bisa kamu baca di sini
Paham?
Saya juga ngga paham detilnya.
Tapi tenang saja, Pak Rinto Anugraha dari UGM telah membuatkan file Excel algoritma Jean Meeus untuk menghitung gerhana ini secara otomatis.
File nya dapat kamu download di sini.
Selanjutnya saya akan menunjukkan cara untuk melakukan perhitungan gerhana bulan total 31 Januari 2018
- Masukkan tanggal bulan dan tahun di B12, B13, B14.
- Lalu pada B16, tuliskan ulang angka yang tertera pada B15 (Kalau gerhana matahari yang dimasukkan B14)
Cukup itu saja yang kamu masukkan. Algoritma Jean Meeus yang telah dimasukkan dalam file excel ini akan secara otomatis melakukan perhitungan.
Hasilnya,
Kamu dapat melihat detil perhitungannya di bagian paling bawah file excel tersebut.
Hasil perhitungan dengan algoritma Jean Meeus ini memiliki tingkat akurasi sedang, coba kita bandingkan hasilnya dengan data akurasi tinggi dari perhitungan gerhana NASA.
Perbandingannya:
Bedanya hanya pada kisaran satu menit.
Algoritma Jean Meeus ini juga dapat digunakan untuk menguji apakah daerah tertentu terkena gerhana atau tidak. Perhitungan ini melibatkan pemahaman tentang bentuk bumi bola 3 dimensi.
Kamu bisa baca detil dan contoh penggunaannya di buku Mekanika Benda Langit halaman 140 – 147 (kalau dimasukkan di sini akan jadi sangaat panjang)
Simulasi Gerhana dengan Stellarium
Perhitungan gerhana yang rumit dan sulit dipahami di atas dapat dibuat menarik dalam bentuk grafis simulasi, salah satunya dengan Stellarium.
Stellarium adalah software yang menggunakan model matematis untuk menghitung dan mensimulasikan pergerakan benda-benda langit.
Kamu hanya perlu memasukkan set lokasi dan waktu pengamatan, selanjutnya Stellarium akan menghitung dan menampilkan benda langit sesuai dengan model matematis yang ada di aplikasi tersebut.
Bagaimana cara menggunakannya?
Mari kita coba bersama pada kasus gerhana bulan 31 Januari 2018 besok.
1. Download lalu buka aplikasi Stellarium
2. Tekan F6 untuk memasukkan lokasi kamu. Di sini saya menggunakan Semarang-Indonesia.
3. Tekan F5 lalu masukkan tanggal dan waktu pengamatan
4. Tekan F3 dan masukkan kata “Moon” (Kalau bahasa Indonesia Bulan), lalu enter
Stellarium akan secara otomatis mengarahkan kamu menuju bulan. Zoom in agar tampilannya lebih jelas.
Selanjutnya kamu tinggal mengotak atik waktu untuk mengamati gerhananya.
Demikian perhitungan gerhana dan simulasi gerhana bulan total 31 Januari 2018 besok.
Semoga dapat dipahami dengan baik.
Dan semoga kita bisa mengamati gerhana bulan total ini yang terancam tak terlihat karena lagi musim hujan.
Apakah Bumi itu datar? Masih bingung soal bentuk Bumi yang sebenarnya?
Kami baru saja menyelesaikan sebuah buku berjudul Meluruskan Miskonsepsi Bumi Datar.
Buku ini membahas mengenai bentuk Bumi secara tuntas dan jelas. Bukan sekedar asumsi-asumsi atau bahkan opini.
Buku ini membahas kajian sains dari sisi historis, konseptual, dan teknis dari topik-topik yang dipahami secara keliru oleh flat earther. Dengan begini pemahaman yang komprehensif pun akan didapatkan.
Untuk mendapatkan buku ini, silahkan langsung klik di sini.