Kenapa Perkotaan Lebih Panas Daripada Pedesaan? Inilah Fenomena Urban Heat Island

Ketika kamu sedang bepergian melintasi ke kota besar, udaranya terasa panas ketika di kota dan saat sampai cukup jauh di pinggiran kota udara tidak terasa terlalu panas.

Perasaanmu bukan ilusi, itu memang nyata. Faktanya udara di tengah kota memang lebih panas dibanding daerah pinggiran di sekelilingnya.

Mengenal Urban Heat Island

Kota panas
Urban Heat Island di Kota Semarang

Fenomena ini disebut Urban Heat Island atau Pulau Bahang Perkotaan (Bahang artinya panas). Fenomena dimana suhu rata-rata perkotaan lebih tinggi daripada suhu rata-rata daerah pinggirannya.

Kamu mungkin mengenal Jakarta yang lebih panas daripada Bogor, Bandung yang lebih panas daripada Jatinangor, Semarang yang lebih panas daripada Ungaran, dan seterusnya. Fenomena ini terjadi meluas di seluruh kota-kota di dunia.

Urban Heat Island ini cukup kompleks dengan berbagai faktor penyebabnya. Tapi mari perjelas dasar-dasarnya.

Proses yang menimbulkan adanya UHI adalah perubahan fungsi lahan. Yang artinya banyak lahan yang berubah fungsi, yang semula berupa persawahan atau kebun, sekarang diganti dengan bangunan, jalan, dan tempat parkir.

Untuk memahami kenapa hal ini dapat menyebabkan naiknya suhu udara, kita perlu tahu hal dasar tentang energi.

Berubahnya Keseimbangan Energi

Sumber energi terbesar di Bumi berasal dari sinar Matahari.

Matahari terus-terusan menghujani Bumi dengan limpahan energi ke kita dalam berbagai bentuk.

Energi cahaya yang dapat kamu lihat dengan mata. Energi panas yang dapat kamu rasakan di kulitmu. Energi sinar ultra-violet yang dapat membakar kulitmu.

Saat energi dari matahari datang ke Bumi, ada dua kemungkinan, energi ini dapat dipantulkan oleh Bumi kembali ke luar angkasa, atau energi ini diserap oleh Bumi.

Benda yang menyerap energi ini lama kelamaan akan menghangat dan melepaskan energi lagi.

Sebagaimana yang kamu tahu, benda yang lebih gelap atau hitam dapat menyerap lebih banyak energi, sedangkan yang lebih terang atau putih cenderung memantulkan energi. Seperti yang kamu rasakan ketika sedang di terik matahari memakai baju hitam lebih panas dibanding memakai baju putih.

Tingkat suatu benda apakah memantulkan atau menyerap energi disebut Albedo. Yang mana merupakan perbandingan energi yang dipantulkan dengan yang diserap oleh benda.

Jika suatu benda memiliki albedo 100 artinya 100% energi yang datang padanya akan dipantulkan, jika albedo bernilai 0 maka seluruh energi yang datang padanya akan diserap.

Energi di Perkotaan

Kembali ke masalah perkotaan. Ketika manusia membangun perkotaan, pada dasarnya kita mengubah tingkat albedo di wilayah yang dibangun.

Perkotaan memiliki banyak jalan-jalan yang dilapisi aspal. Atap bangunan berwarna gelap. Warna hitam dari aspal dan benda-benda lain di kota membuat perkotaan makin banyak menyerap energi.

Efeknya, kenaikan suhu di kota.

Ditambah, sedikitnya pepohonan, gas panas yang keluar dari kendaraan bermotor dan mesin industri, semakin mengubah keseimbangan energi yang ada di kota.

Panas di Kota

Contoh kasus, Kota Semarang.

Semarang berkembang pesat dengan penambahan jumlah bangunan sejak tahun 90-an yang merubah fungsi lahan besar-besaran.

Perubahan panas kota

Gambar ini adalah citra satelit false-color wilayah Semarang yang menampilkan perubahan tutupan lahan vegetasi selama periode tahun 2000 hingga 2010. Warna hijau berarti ada peningkatan vegetasi, sedangkan warna putih menunjukkan penurunan vegetasi.

Dapat kamu amati, di pusat Kota Semarang, hampir semua lahan berwarna putih yang artinya hampir tidak ada vegetasi yang menutupi lahan tersebut.

Semua lahan ditutupi dengan permukaan albedo rendah yaitu bangunan dan aspal, ini membuat suhu naik!

Kenaikan suhu ini akhirnya juga mempengaruhi iklim regional daerah sekelilingnya. Yaitu kenaikan curah hujan pada daerah menerima hembusan angin dari kota, dan angin musiman yang datang lebih awal. 

Seluruh kota di dunia memiliki fenomana urban heat island ini. Ada tren kenaikan suhu udara perkotaan di kota-kota besar.

Sebuah tanda perubahan iklim dunia adalah fakta?


Referensi

Artikel Terkait