Pesawat Lion Air PK-LQP dengan kode penerbangan JT610 telah mengalami kecelakaan pada Senin 29 Oktober 2018 lalu.
Ada dua hal utama yang selalu dilakukan setelah kejadian kecelakaan pesawat, yaitu
- mencari jasad para korban, dan
- mencari black box, si penyimpan data pesawat terbang
Di sini kita fokus pada hal yang pertama, yaitu mencari jasad korban.
Di Indonesia, proses pencarian jenazah korban ini biasa dilakukan oleh tim gabungan dari Badan SAR Nasional, Polri, dan TNI Angkatan Laut, dengan proses yang dapat memakan waktu berhari-hari.
Setelah jenazah ditemukan, hal sangat penting berikutnya adalah melakukan identifikasi. Agar identitas jenazah tersebut dapat diketahui.
Tapi masalahnya… proses identifikasi ini susah!
Kecelakaan pesawat adalah peristiwa yang dahsyat: melibatkan benturan keras, goncangan, dan juga ledakan. Karena itu, tubuh korban yang ditemukan pada umumnya tidak dalam kondisi utuh lagi, yang mana ini akan menyulitkan proses identifikasi.
Secara umum, ada 5 cara umum yang digunakan di Indonesia untuk melakukan identifikasi korban, yaitu:
- Sidik jadi
- Pemeriksaan gigi
- Tes DNA
- Penyesuaian tanda-tanda fisik/medis
- Penyesuaian properti yang digunakan
Berdasarkan keterangan oleh Kepala Rumah Sakit Polri Soekanto, Komisaris Besar Polisi Musyafak, urutan dalam proses identifikasi adalah sebagai berikut:
1. Sidik jari
Hal pertama yang diselidiki adalah sidik jari.
Sidik jari ini kemudian dicocokkan dengan data sidik jari yang diberikan keluarga korban, baik melalui melalui ijazah atau KTP.
Jika data ini sesuai, maka identitas jenazah dapat dikatakan telah teridentifikasi.
Adapun jika sidik jari sulit diperiksa atau dicocokkan, langkah berikutnya yang dilakukan adalah pemeriksaan gigi.
2. Pemeriksaan gigi
Ketika tubuh manusia terbakar, seluruh badannya akan hangus dan jadi tidak berbentuk. Namun demikian, gigi akan tetap bertahan.
Enamel gigi (lapisan luar gigi) lebih keras daripada substansi lain dalam tubuh manusia, dan membuatnya bisa bertahan dalam suhu lebih dari 1.093 derajat Celcius.
Meskipun dalam suhu yang lebih panas gigi bisa rapuh dan menyusut, gigi bisa diawetkan dengan lak dan pengerjaan yang hati-hati oleh ahli masih sangat membantu proses identifikasi.
Karena hal tersebut, gigi digunakan sebagai salah satu instrumen penting untuk mengidentifikasi jasad korban.
Pihak penyidik akan mengecek gigi korban berdasarkan rekaman medis kondisi gigi korban yang diberikan keluarga.
Jika cara tersebut tetap sulit untuk dilakukan, maka proses identifikasi jenazah akan beralih pada langkah ketiga dan keempat, identifikasi tanda fisik dan properti.
3 & 4 Identifikasi tanda fisik dan properti
Tanda fisik yang dimaksud di sini antara lain yaitu: tato, bekas operasi, atau tanda lahir.
Adapun properti yang dimaksud adalah barang-barang yang dipakai oleh korban pada saat terakhir, entah itu berupa baju, jam tangan, atau lainnya.
Sebenarnya identifikasi melalui tanda fisik dan properti ini agak sulit dilakukan karena pada umumnya, tanda fisik dan properti ini tidak terlihat lagi setelah terjadi kecelakaan.
Namun demikian, bukan berarti identifikasi ini tidak mungkin untuk dilakukan.
Jika keempat cara di atas masih belum berhasil juga, maka langkah terakhir identifikasi jenazah yaitu melalui tes DNA
5. Tes DNA
Potongan jasad yang ditemukan diekstrak terlebih dahulu untuk diambil bagian DNA nya, untuk kemudian dicocokkan dengan DNA yang dimiliki oleh keluarga korban.
Sebenarnya tes DNA memiliki potensi kecocokan yang tinggi, akan tetapi hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang mahal dibandingkan empat metode sebelumnya.
Semoga seluruh jenazah korban kecelakaan ini dapat segera ditemukan.