Beberapa hari lalu, Jakarta Pusat diterpa hujan es selama lima menit.

Fenomena bukan pertama kali ini terbilang cukup jarang terjadi lantaran Indonesia bukan berada di lintang tinggi beriklim subtropis.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181122152751-20-348440/hujan-es-turun-di-kawasan-thamrin-city-jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui kepala humas mereka, Hary Tirto Djatmiko dalam keterangan resminya membenarkan bahwa meskipun Indonesia beriklim tropis, peristiwa hujan es bisa terjadi lantaran saat ini Indonesia sedang dilanda cuaca ekstrem.

 

Cuaca ekstrem

Cuaca ekstrem berakibat pertumbuhan awan hujan berlapis-lapis mirip bunga kol (Cumulonimbus) yang kuat dengan tinggi puncaknya melebihi titik beku (freezing level) yaitu lebih dari 30.000 kaki.

Lalu mulailah proses pengintian es di bagian atas awan hujan tersebut yang menyebabkan presipitasi berbentuk bola-bola atau kristal es berdiameter 5 hingga 50 mm atau bahkan lebih saat sudah cukup waktunya untuk hujan.

Karena besarnya ukuran bola-bola atau kristal es ini tak mampu mencair seutuhnya walaupun telah turun ke arah lebih rendah dengan suhu relatif hangat.

Selain itu, pada dataran dimana angin bertiup dari barisan pegunungan besar seperti dialami beberapa dataran tinggi di Indonesia misalnya Tengger, udara hangat dan lembab tertolak ke tempat yang amat tinggi. Hal ini menyebabkan hujan es yang kuat meskipun lokasinya berada di daerah khatulistiwa yang tidak memungkinkan turunnya salju.

 

Jangan dianggap sepele

Tapi jangan anggap sepele peristiwa ini lho. Meskipun hujan es di Jakarta tergolong ringan dan tidak berbahaya, bukan berarti hujan es tak bisa merenggut nyawa manusia.

Tahun 1888 tepatnya tanggal 30 April di India pernah terjadi hujan es dahsyat berukuran sangat besar. Es berdiameter 13 mm disertai angin kencang menewaskan 230 orang dan banyak hewan ternak, serta menghancurkan bangunan, rumah, daun dan ranting tanaman di kota pertanian Morabadad hingga menyebabkan gagal panen. Sistem peringatan bencana yang belum memadai kala itu turut menambah parah kondisi tersebut.

Gak usah lebay kalo ada hujan es ya soalnya kehadiran sang hujan es ini bisa kamu prediksi setengah hingga satu jam sebelumnya kok yah meskipun keakuratannya belum maksimal sih.

 

Tanda-tanda akan terjadi hujan es

Caranya cukup dengan mengamati tanda-tanda tersembunyi pra-kedatangannya seperti udara sekitar atau semalam sebelumnya yang panas dan gerah menandakan kuatnya radiasi matahari ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu antara pukul 10.00 dan 07.00 lebih dari 4.50C serta kelembaban udara tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb atau kurang dari 60%.

Kemudian perhatikan pola awan di langit pada pukul 10.00 berupa awan Cumulus yang lama kelamaan bertambah tebal berlapis-lapis dengan cepat menjadi kelam selang sejam berikutnya. Ditambah, tanaman disekitar kita ikut bergoyang cepat disertai hembusan udara dingin yang terus menerus dan hujan deras tiba-tiba seperti tamu datang tanpa permisi.

Nah kalian juga perlu curiga jika dalam 1-3 hari berturut-turut tidak turun hujan padahal sedang memasuki musim pancaroba atau transisi atau musim penghujan. Apalagi jika suhu udara sangat tidak wajar dibandingkan suhu udara pada biasanya. Itu berarti akan ada indikasi hujan lebat akan turun diikuti dengan angin kencang baik termasuk puting beliung maupun bukan yang bisa jadi menyebabkan terjadinya hujan es.

Lanjut Hary Tirto Djatmiko, hujan es diikuti angin puting beliung di Indonesia ini bersifat lokal, luasannya sekitar 5 hingga 10 km dengan waktu kurang dari 10 menit, terjadi pada siang atau sore hari terkadang menjelang malam hari, bergerak secara garis lurus plus kecil kemungkinan terjadi kembali di tempat yang sama.

Oya, sebagai catatan kalau hujan es yang turun cukup besar, intens dan sekiranya sangat membahayakan jangan berdiam diri untuk sekadar menikmati atau mengambil foto selfie tetapi cobalah kalian segera cari ruang perlindungan yang aman dan kuat ya.

 

Referensi